Halaman

Senin, 15 Juli 2019

Ngomongin Film : Dua Garis Biru, tonton dulu baru judge!



Gua bingung harus memulai dari mana. Berbeda dengan film yang biasa gua tonton akhir pekan, biasanya gua menonton film barat, atau film bergenre aksi. Jarang memilih film dengan ide cerita atau plot yang drama. Begitu juga dengan Dua Garis Biru, under estimate dengan film yang katanya adalah remake dari Jeni and Jeno (2005). Padahal isinya well, sangat berbeda meskipun premis nya sama.

Oke, gua langsung jump into the synopsis ya! 

Film ini mengisahkan tentang dua anak SMA, remaja, labil, dan saling mencintai. Tetapi namanya juga usia 17 tahun, mereka cinta-cintaan ya pasti geli dan penuh dengan candaan dan hubungan yang cheesy. Panggil dia Dara dan Bima. Dara adalah gadis lucu menggemaskan yang sangat identik dengan image dedek gemes. Dia sangat pintar, cantik berkulit putih, dan berasal dari keluarga kaya. Sedangkan Bima seratus delapan puluh derajat berbeda dengan dia. Bima itu bodoh, hitam, dan berasal dari keluarga yang sederhana. Ibunya berjualan gado-gado di depan rumah.

Mereka pacaran dan bisa dibilang gaya berpacaran mereka sudah sangat kelewat batas. Meskipun lucu dan menggemaskan. Tapi tetap saja itu kelewatan! Bahkan untuk membawa teman lelaki ke rumah saja adalah hal tabu yang mungkin tidak akan gua lakukan. Tetapi dengan santainya Dara mengajak Bima untuk main ke kamarnya, cubit-cubitan di kasur, gelendotan ke sana ke mari. Wow. Mengingatkan ku pada salah satu teman. Intinya pada hari itu terjadi lah hal yang berakibat fatal pada masa depan dua orang itu. 

Selesai.

Gua nggak akan mendetailkan semua ceritanya, karena menurut gua akan sangat bagus ketika lo datang ke bioskop dan menonton nya sendiri. Biar maju lah perfilman indonesia! Jangan beli dan nonton yang bajakan saja! Dasar mental penjajah! /marah-marah sendiri/

Menurut gua konflik paling menyakitkan adalah ketika kedua orang tua Dara dan Bima mengetahui tentang kehamilan Dara. Gua melihat begitu besar ekspresi kekecewaan dari wajah Ibunya Bima. Sedangkan mama nya Dara terlihat marah dan begitu menyalahkan Bima dan juga Dara. Iya, semua orang akan menyalahkan dirimu. Bahkan kalau gua ada di scene film itu, gua juga akan marah kok! Kalau perlu gua tampar sekalian si Bima. Brengsek!

Ketika Bima mengetahui bahwa Dara hamil karena perbuatannya, Bima terlihat stress dan bersikap menghindar. Di situ gua membatin, "Dasar! Semua lelaki memang brengsek!". Tapi ternyata, Bima memutuskan untuk menemani Dara dan berusaha untuk bertanggung jawab. Meskipun kita tahu, anak usia 17 tahun bisa apa sih? Apalagi baru mau lulus SMA gitu? Punya modal apa? Memangnya kamu PNS? Mau menghidupi anak orang pakai apa? Lembaran buku tulis? Bego memang.

Mungkin karena gua sudah tidak berada pada usia ABG sehingga gua memposisikan diri bukan sebagai Dara atau Bima, tapi sebagai kedua orang tua mereka. Mama Dara yang ngomel dan memaki dengan logika. "Kamu sudah menghancurkan masa depan anak saya! Kamu pikir jadi orang tua itu gampang hah! Jadi orang tua itu akan berlaku seumur hidup!" Itu yang gua ingat.

Ya gimana ya, Dara ini memiliki masa depan yang cerah kalau gua bisa bilang. Dia pintar dan berasal dari keluarga kaya yang bisa saja membiayai kuliah nya di luar negeri. Kebetulan Dara juga berkeinginan untuk melanjutkan kuliah di Seoul, Korea Selatan mau ketemu BTS (bangtan boys). Bayangkan bagaimana harapan kedua orang tua Dara yang hancur berkeping-keping? Juga masa depan Dara yang gemilang harus berakhir dengan mengasuh bayi?

Sedangkan di sisi keluarga Bima, gua melihat tangisan ibu yang begitu pilu. "Apa yang kita punya pak?! Kita sudah nggak punya apa-apa?! Kita cuma punya iman dan harga diri!" Begitu kata-kata ibu Bima yang sangat melekat dalam memori gua. Terlihat jelas bagaimana rasa kecewa karena merasa gagal mendidik anak laki-laki satu-satunya. Kesedihan yang beeeegituuuu dalam.

Meskipun awalnya kedua pihak saling bertolak belakang, tapi pada akhirnya mereka luluh. Karena ya namanya ibu, mereka tidak akan sungguh-sungguh membenci dan menghakimi anaknya. Meskipun orang lain berkata kita salah, tetapi ibu akan menjadi orang pertama yang mengelak. "Tidak, anakku tidak begitu. Aku sangat mengenal dia." Iya ibu engkau mengenal kami saat kami ada di rumah, tetapi kami berbeda ketika berada di alam liar.

Di pertengahan film, gua menangis. Menangis karena gua merasa begitu relate dengan kesedihan ibu Bima dan mama Dara. Sementara kedua bapak-bapak nya hanya sedikit mengambil peran dalam emosi ini. Emosi bapak hanya terlihat ketika memberi nasihat dan memberi wejangan. Namun lagi, tetap ibu yang begitu emosyenel. 

Ada scene di mana Dara sudah hamil besar, air susu merembes dari baju dan dia kebingungan. Mama nya dengan sabar memberi tahu bahwa itu adalah hal yang wajar. Memberikan bantal yang empuk untuk sandaran punggung. Menyanyikan lagu agar bayi dalam perutnya bergerak dan menendang. Kemudian mama nya memeluk Dara dari belakang, sambil mengelus anaknya. Sementara mamanya menyembunyikan air mata kesedihan. Kasih sayang yang tidak terdefinisi dengan kata-kata.

Di situ, gua nggak kuat. Jebol juga air mata ini nangis sesenggukan. Gua pernah jadi anak nakal dan melakukan kesalahan besar. Dan berkali-kali ummi datang dan berusaha menguatkan gua. Ummi marah besar, tapi pada akhirnya beliau tetap memberikan yang terbaik untuk gua, mendampingi gua sampai gua bisa bangkit lagi. Ummi I love you.

Dari ibu Bima, gua bisa melihat bagaimana susahnya mendidik anak laki-laki. Iya, karena anak laki-laki memang agak susah untuk diatur (kebanyakan). Mereka otomatis memiliki jiwa rebel dalam dirinya. Kenapa gua ngerti? Karena gua punya adik laki-laki dan memang harus ekstra sabar untuk menghadapinya

Ada adegan di mana Bima dan ibunya ngomong empat mata semacam deep talk. Karena mungkin ibu nya sudah sangat kecewa dan tidak tahu lagi harus bagaimana, akhirnya ia lebih memilih untuk diam. Nah, biasanya orang kalau sudah diam, dia sudah terlalu emosi untuk bicara. Dan obrolan itu mengingatkan gua lagi-lagi dengan ummi. Kenapa sih, kesannya gua banyak dosa banget.

Pergolakan batin banget lah menonton film ini. Emosi gua diajak naik turun. Setelah kesal kemudian dibuatnya jadi simpati. Oh iya, ada satu adegan lagi yang membuat gua sangat-sangat emosi dan kesal. Itu adalah ketika Bima mengajak Dara pergi ke tempat dukun beranak berniat untuk menggugurkan kandungan. Tetapi Dara ragu. Kemudian terjadi sebuah percakapan dan kalimat Bima yang menurut gua bangsat sekali.

"..paling orang tua kita marah dan malu. Tapi ya sudah, mereka pasti akan maafin kita, dan malu juga ada batasnya kan. Orang-orang juga bakalan bosen ngomongin kita setiap hari..".

YA ELU DOSA BUJANG! Sumpah sih. Gua jadi berfikir apakah semua lelaki seperti ini jalan pikirannya? Semoga saja tidak.

So, apa pesan moral dari film ini? 

Pertama, untuk adik-adikku yang masih kecil yang masih memiliki masa depan cerah dan indah. Pandai-pandai lah bergaul dan memilih teman ya! Apalagi memilih pacar. Pacaran itu ada batasnya. Karena 'dia' laki-laki atau pun perempuan, jika belum sah di pelaminan berarti dia juga bukan muhrim mu dek. Bukannya gua sok alim, tapi setidaknya ketika kalian berpacaran dan hendak melakukan hal yang enak-enak ingatlah kedua orang tua mu yang kira-kira sedih nggak ya? Atau ya paling aman, ingatlah Tuhan mu. 

Kedua, sayangi lah kedua orang tua kita. Sebab mereka lah orang-orang yang akan menerima kita apa adanya. Sebusuk-busuk nya sikap, mereka lah yang akan merawat dan memandikan kita. Ketika air mata ibu sudah jatuh ke bumi ini, maka harusnya sedih lah hati dan sakit lah jiwa. Senyum orang tua adalah hal terindah yang ingin gua lihat terus menerus. 

Sudah. Mungkin itu saja sih.

OIYA SATU LAGI GHESSSSSSS!!!!

Film ini sangat gua rekomendasikan ya! Kalau ada orang yang berkomentar, "Ah film pro hubungan sex sejak dini." atau lain sebagainya, please jangan dengerin. Lu dateng ke bioskop, tonton sendiri! Karena daripada dilihat dari sisi bunting sebelum nikah, film ini adalah film keluarga yang sangat mengharukan. Cuma ya itu tadi, jadilah penonton yang bijak. Resapi setiap kalimat dan adegan dengan sisi yang positif dan kamu akan menjadi orang yang cerdas. 

BYE!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...