Minggu, 14 Desember 2014.
Hari
ini adalah pertama kali setelah sembilan tahun aku tidak berkunjung
ke Gembira Loka Zoo. Kebun binatang yang biasa-biasa saja kini telah
bertransformasi menjadi taman satwa yang dipenuhi dengan pepohonan
rindang. Hal ini cukup membuatku pangling
karena dengan melihat peta perjalanan, aku dapat mengetahui bahwa
Gembira Loka Zoo benar-benar sudah dirombak!
Dulu
banyak sekali sampah mengapung di kolam, hewan kelaparan, dan kandang
yang tidak terawat. Namun sekarang kandang yang berkarat sudah dicat
ulang sehingga terlihat seperti baru. Lahan-lahan kosong mulai
ditanami pohon berakar besar dan berguna sebagai tempat berteduh para
pengunjung. Papan peringatan serta ajakan untuk melestarikan
lingkungan juga tertempel di sudut-sudut kebun binatang. Para petugas
kebersihan setiap sepuluh menit sekali bergantian menyapu jalanan
kebun binatang. Tidak heran jika Gembira Loka Zoo selalu ramai
pengunjung.
Sejak
empat tahun yang lalu, pihak pengelola telah melakukan berbagai macam
upaya untuk membenahi fasilitas di kebun binatang. Diantaranya adalah
Taring (transpor keliling), wahana permainan air, pusat cenderamata,
dan aneka jajanan yang dijual di area food
court. Gembira Loka Zoo juga mulai
menambah koleksi satwa yang dimiliki, seperti pinguin, dan burung
unta.
|
tempat untuk foto bersama satwa |
Perhatianku
justru tertuju pada taman reptil, dan taman burung yang juga menjadi
koleksi baru di Gembira Loka Zoo . Di dalam taman reptil dan amfibi,
aku bisa melihat 200 spesies hewan reptil yang berbeda-beda dari
seluruh penjuru dunia. Mulai dari yang beratnya 200 kilo gram, sampai
yang hanya sebesar ujung ibu jari. Selain melihat-lihat, pengunjung
juga dapat berfoto bersama kura-kura Aldabra dan ular phyton. Awalnya
aku takut sekali untuk mencoba mendekat bahkan menyentuh kulit ular
yang terlihat mengkilap. Namun setelah diyakinkan oleh keeper
ular, aku berani berfoto bahkan mengalungkan ular pyton besar di
leherku. Begitu juga di taman burung, pengunjung bebas untuk berfoto
bersama burung kakatua dan predator paling mematikan yaitu burung
elang.
|
salah satu kura-kura yang menarik perhatianku |
Jangan
ragu untuk bisa menyentuh dan berfoto bersama satwa-satwa di Gembira
Loka Zoo, karena satwa yang dipamerkan sudah jinak dan dibawah
pengawasan keeper.
Keeper
akan selalu mengawasi setiap pergerakan hewan yang menjadi tanggung
jawabnya. Pengunjung bukan hanya sekedar berekreasi, namun setidaknya
setelah pulang dari kebun binatang mendapatkan sesuatu sehingga bisa
diceritakan pada orang lain.
Seperti
beberapa minggu yang lalu kebun binatang mendapatkan penghuni baru,
karena unta koleksi mereka baru saja melahirkan seekor bayi unta
betina yang sangat lucu. Bayi unta ini lahir dengan disaksikan banyak
pengunjung dibantu oleh keeper
dan dokter hewan. Bayi unta yang belum diberi nama itu terlihat riang
berlarian kesana kemari menghindari dokter hewan yang hendak
mengganti perban di perutnya. Sang keeper
terlihat kewalahan mengejar bayi unta yang terus berlari dan
melompat.
Pekerjaan
menjadi seorang keeper
ternyata tidak semudah yang aku pikirkan. Mereka harus menanggung
resiko apabila hewan yang dijaga terkena penyakit atau mengalami
masalah. Seorang keeper harus mengerti betul seperti apa tabiat
hewannya. Semua hewan yang ada di Gembira Loka Zoo memiliki keeper
dan setiap spesiesnya ditanganani oleh ahlinya masing-masing.
Tidak
harus orang yang menyandang pangkat ‘ahli’ untuk menjadi seorang
keeper.
Asalkan ia memiliki kemauan yang kuat dan sayang pada binatang, pihak
pengelola bersedia untuk menyekolahkannya ke luar negeri pada bidang
yang memang dibutuhkan. Seperti yang telah dialami oleh Mas Surya,
keeper burung unta dan burung-burung lainnya. Sekarang beliau sudah
menjadi ahli spesies burung paruh bengkok di Gembira Loka Zoo.
|
Mas Surya yang sedang sibuk memberi makan burung Unta |
“Semua
ini karena kerja keras dan kemauan yang kuat. Jadi semua yang sudah
saya lakukan ini terasa menyenangkan. Setiap hari saya bisa
berinteraksi dengan hewan-hewan disini,” kata Mas Surya sambil
terus membuat racikan makanan untuk burung unta.
Memang menjadi keeper sangat melelahkan, setelah dijalani dengan hati yang ikhlas serta kesenangannya terhadap burung, akhirnya Mas Surya bisa pergi ke
Singapura untuk belajar lebih serius. Sekarang Mas Surya menjadi
salah satu keeper
Gembira Loka Zoo yang paling berpengaruh selain karena beliau adalah
senior disini.
“Ada
banyak hal yang bisa saya peroleh dari Singapura selain ilmu yang
bermanfaat. Di sana saya bertemu dengan orang-orang yang
berlomba-lomba melestarikan satwa di Negara mereka. Sedangkan kita
malah mengeksploitasi kekayaan fauna milik Indonesia, sangat
disayangkan sekali,”.
Setelah
mendengarkan cerita dari Mas Surya aku merasa tertantang untuk suatu
saat nanti bisa ikut serta dalam melestarikan fauna di Indonesia.
Percuma bila kita memiliki banyak satwa tetapi tidak bisa menjaga dan
melestarikannya. Bagaimanapun, binatang juga makhluk ciptaan Tuhan
yang harus tetap dilestarikan agar ekosistem di dunia tetap berjalan
sempurna.
Kebun
binatang selain menjadi tempat rekreasi ternyata juga menjadi balai
konservasi bagi hewan yang sakit atau membutuhkan tempat tinggal.
Hewan yang sakit biasanya dirawat di Polisatwa yang ada di Gembira
Loka Zoo. Setelah sembuh hewan tersebut bisa dilepaskan kembali atau
ditampung sampai ada yang mau merawatnya. Melalui balai konservasi,
banyak hewan-hewan bermasalah yang terselamatkan kemudian kembali
sehat. Sayangnya bukan sembarang orang yang dapat masuk ke Polisatwa,
jadi aku hanya mendengarkan cerita dari Mas Surya. Wah, ternyata
begitu besar peran kebun binatang dalam pelestarian satwa! I
LOVE ZOO!! #ReportaseILoveZoo