Annyeonghaseyo..!
A decision was present in each of us. Everyone is free to decide where it will go, and how that he traveled to get to a destination. Not one other person if the failure was coming. Maybe, it's wrong to make decisions yourself.
Everyone also has a reason why they decided to come out and may join another group. They will try to get in and be accepted by the people in it. At one point, when the boredom that comes, or when the group is not in accordance with expectations, then it is free for anyone to go. People who are in it, do not be angry. It was his decision. They have to respect him.
A week ago, a group of my junior high school line so crowded at all and it seems I'm getting not mean anything. They greet each other (in line) and ask each other the respective news. While I don't know anything about what they discuss, and how I could join, because it seems that chat is not intended to special people like me. Moreover, the group is becoming increasingly crowded with those who are born to be spamers. So, I decided to leave.
"If you feel exposed with spamming, you'd better turn off the notification,".
Good advice from someone who's selfish. Not only me who get the crazy advice. One of my friend who was bothered too was unhappy and did not receive. Supposedly, if they respect me (and other people) as a member of the group, they (should) not so. Here, the principle clearly been neglected social groups. They do not respect to each other, and instead looked very selfish. Do you think I'm wrong?
***
Itu baru epilog, guys. Belum inti dari
post gue kali ini. Tetapi masih dengan pembahasan yang sama. Gue
nggak akan membawa tulisan ini kearah yang berat, tapi ini juga
tulisan yang serius karena menurut gue ini sudah termasuk dalam
kehidupan pribadi yang dalam. Gue harap ketika kalian membaca post
ini, kalian nggak akan terprovokasi ataupun kalian akan menganggap
gue ini orang yang semena-mena. Well, kembali lagi, setiap orang
punya alasan sendiri untuk menjalani hidup.
Gue sudah menjadi kpopers sekitar lima
tahun yang lalu, ketika gue duduk di bangku kelas enam sekolah dasar.
Berarti sudah selama itu gue terjebak dalam lubang setan. Diawali
dengan melihat video TVXQ yang nggak sengaja gue lihat di beranda
facebook, kemudian disusul pengaruh teman yang ternyata kakaknya
adalah seorang dewi kpop *(tapi sekarang sudah pension dari dunia
kpopers dan memlih untuk belajar dengan giat).
Awalnya gue hanya tahu tentang Shinee
dan tidak tertarik untuk mengulik beberapa grup lain dari Korea.
Lalu, Kak Nissa /kakak kelas yang sama-sama suka Shinee, bias kita
pun sama, Taemin/ mulai meracuni gue dengan grup baru yang masih
sangat baru, karena barusaja debut dengan teaser-teaser yang luar
biasa, EXO.
Gue lupa gimana detail proses penerimaan
EXO dalam hidup gue, yang jelas gue sudah tahu EXO sebelum mereka
debut. Ketika mereka masih menjadi anak trainee yang kemana-mana
berlindung di belakang punggung manager. Tapi itu masa-masa yang
menyenangkan, menurut gue. Saat dimana mereka belum meraih
popularitas seperti sekarang. Ketika mereka masih menjadi seorang
rookie grup. Ketika EXO masih dikait-kaitkan dengan merosotnya
popularitas grup sunbae-nya.
Showcase EXO pun berbeda dengan showcase
grup-grup sebelum mereka. Shinee, Super Junior, Girls’ Generation,
Shinwa, dan masih banyak lagi senior mereka yang showcase-nya nggak
semegah EXO. Kalau gue boleh bilang, showcase EXO ini sudah mirip
seperi konser. Yeay, seperti itulah awal mula EXO berkiprah.
Dua belas member yang gue kenal. Bahkan,
gue dulu nggak tahu kalau mereka ada dua belas orang dan dibagi
menjadi exo-k dan exo-m. Gue tahunya kalau EXO ya enam orang. Maka
dari situ, gue searching member EXO dan mengenal lebih dalam lagi.
Sekarang, kita bisa lihat dari dua belas orang yang debut sebagai EXO
kini tinggal sepuluh orang yang bertahan. Ini jadi semacam reality
show. Lelucon. Tapi nggak lucu.
Berita Kris (leader exo-m) yang keluar
dengan alasan yang menurut gue kurang masuk akal. Beberapa saat yang
lalu gue sudah pernah membahas tentang masalah ini. Jujur saja,
sebagai seorang fans.. gue merasa sangat kecewa. Kata Kak Ronzzy,
“Kalau yang lain aja bisa bertahan kenapa kamu enggak?”. Itulah,
Kris benar-benar meninggalkan exo dan debut sebagai seorang aktor.
Kris tidak memikirkan apa yang akan terjadi dengan grupnya. Dia
seorang leader tapi pergi begitu saja. Lalu, siapa yang akan menjadi
leader di exo-m?
Belum berhenti disitu saja, guys.
Setelah Kris, satu member lagi dari exo-m, Luhan juga dikabarkan akan
meninggalkan exo. Tentang Luhan, gue juga nggak begitu yakin apa yang
dia inginkan dari keputusannya ini. Berawal dari desas-desus kemudian
menjadi kenyataan. Luhan pergi. Exo-m tinggal empat orang yang
tersisa.
EXO muncul disaat semua orang
membutuhkan pencerahan tentang musik. Kapan lagi ada boygrup dengan
member yang lebih dari sepuluh? meskipun pada kenyataannya sekarang
mereka sudah nggak berduabelas lagi. Gue masih sangat ingat ketika
exo hiatus hampir setahun tanpa perkembangan apapun. Setelah mereka
melakukan ekspansi keseluruh dunia, mereka menghilang begitu saja
seakan-akan menunggu bagaimana reaksi para fans. Benar saja, banyak
exo-l yang kemudian membuat spekulasi tentang apa yang sedang exo
lakukan. Entah membuat project comeback atau memang sengaja hiatus.
Kemudian exo muncul dengan Wolf. Era ini
membuktikan bahwa exo nggak benar-benar menghilang. Mereka kembali
bahkan dengan pesona yang lebih menarik. Mereka datang dan mulai
menyebarkan virus dan racun. Gue bilang, masa gemilang exo ada di
Wolf era, karena banyak exo-l yang terjerat dimasa ini. Walaupun
guys, music video mereka sampai saat ini belum menemui titik terang.
Masih ingat dengan MV Wolf Drama Ver? Exo-l dibuat gila karena model
MV dan jalan ceritanya. Kita semua terpesona dengan acting para
member dan tanpa sadar kita tidak tahu isyarat kepergian Kris sudah
digambarkan dalam MV itu.
Disusul Growl dan Miracle in December.
Menurut gue, lagu ini merupakan sebuah kutukan, nggak sih? Karena
setelah lagu itu dirilis, banyak kejadian tidak menyenangkan yang
terjadi disekitar bulan Desember. Bukan hanya tentang exo, tapi semua
kejadian di ranah musik Korea Selatan setahun setelahnya. Perhatikan
saja.
Setelah MID, exo comeback lagi dengan
mini album Overdose. Mulai dari comeback ini, gue kehilangan
ketertarikan dengan exo. Bukan hanya karena faktor adanya boyband
baru yang muncul dan lebih menarik. Tapi juga karena gaya musik
mereka sudah bukan KPOP lagi. Gue bukan orang yang mengerti tentang
genre musik dan tipe-tipenya. Tapi gue juga bukan orang yang terlalu
bodoh untuk tidak mengerti, ini KPOP.
EXO itu apa sebenarnya? Saat ini pun gue
masih memikirkan itu. Dulu, gue menghabiskan waktu untuk menonton
semua acaranya, dan membeli semua album yang mereka jual. Sekarang
gue bertanya pada diri sendiri, “Untuk apa?”. Sekarng ketika exo
muncul di TV atau seseorang membicarakan mereka, gue nggak lagi
merasakan kupu-kupu terbang yang menggelitik di perut. Gue juga sudah
tidak lagi merasakan jantung berdegup kencang saat ada berita, The
Lost Planet in Jakarta. Sudah berubah. Perasaan
gue sudah berubah seperti mereka yang berubah.
Sekarang, exo sudah
mengumumkan tentang nama fandom resmi mereka. Sebelumnya fans exo
lebih suka dipanggil dengan exostan, kemudian sekarang SMent merilis
namanya menjadi exo-L (seperti yang sudah gue tuliskan diatas). Gue
masih ingat betul bagaimana web resmi itu sangat sulit dibuka karena
banyak orang bahkan jutaan yang membuka web tersebut secara
bersamaan. Berebut untuk mendapatkan ID dan menjadi exo-l resmi.
Gue bahagia dong,
tentu. Exo kini sudah semakin diaui oleh banyak idol dan seniornya.
Mereka bisa memhuktikan bahwa mereka itu lebih dari sekedar kumpulan
lelaki yang hanya memanfaatkan tampang yang rupawan, tapi mereka juga
memiliki bakat yang orang lain tidak punya. Exo membuktikan pada
semua orang mereka berdiri sendiri, mereka tidak memanfaatkan
siapapun, mereka bisa seperti ini karena kerja keras mereka menari,
berlatih vocal siang dan malam.
Tapi masalah mulai
muncul. Bukan dari exo, tapi fans mereka. Seorang idol (atau grup)
pasti membutuhkan fans, mereka membutuhkan yang namanya pendukung,
penggembira. Ketika mereka perform di atas panggung, tanpa ada fans..
suasana akan sangat garing dan tidak bersemangat. Fans KPOP ini
beneran, maksud gue, bukan penonton bayaran yang kalau ketawa suka
lebay bahkan ludah sering muncrat kemana-mana. Fans KPOP ini
sungguhan, antara Idol dan fans ini adalah hubungan seperti keluarga,
atau mungkin kekasih. Seorang Idol rela tetap menjomblo karena takut
kehilangan fans-nya, dan seorang fans rela melukai orang lain demi
Idol. Seperti itu. Se-ekstrem itu.
Gara-gara fanatisme
ini, nggak jarang fanwar terjadi antarfans. Jangan
heran, exo-l juga terlibat loh. Exo-l dikenal sering memancing fanwar
dengan fandom yang bisa dibilang sudah senior. Gue nggak ngerti ya,
kenapa exo-l ini sering sekali berbuat onar, bahkan mereka membuat
suatu hal yang tidak pantas diperdebatkan menjadi sesuatu yang itu
sangat urgent dan kalau tidak dipersoalkan mereka bisa mati.
Sepenting itu! Dari sini kita tahu sesaeng
fans (fans ganas). Hey hey, itu sudah bukan fans lagi kalau mengusik
kehidupan orang lain, itu namanya penguntit. Saking ngefans nya bisa
melukai si Idol. Gila!
Semua orang memaki
tindakan sesaeng fans ini, tidak ketinggalan gue. Namun, rasa-rasanya
berita sesaeng fans ini terlalu berlebihan, bukan? Lagipula, kalau
gue marah, apa yang akan gue dapatkan? Maksud gue, apakah gue bisa
menghalang-halangi semua hal itu terjadi? Apa dengan gue ikut-ikut
mengutuk tindakan sesaeng fans di melalui twitter bisa mengubah
semuanya? Buang-buang waktu.
Awalnya gue merasa
bahwa exo akan menemukan titik terang, karena dari acara TV mereka,
“Exo show time” gue benar-benar dihipnotis dengan semua
kekompakan, keceriaan dan kepolosan mereka. Gue nggak pernah
menyangka bahwa orang sekikuk, seceroboh, selucu (berusaha untuk
melucu) bisa memiliki pemikiran untuk serius mengambil keputusan out
dari exo. Grup yang membersarkan namanya. Terlalu. Gue yang terlalu
bego.
Pada kesempatan ini,
gue ingin menyampaikan dan ingin memperjelas mengapa akhirnya gue
juga memutuskan untuk leave dari kehidupan seorang fangirl exo. Gue
pergi bukan karena mereka tidak keren lagi atau karena gue tergoda
dengan boyband lainnya, karena pada dasarnya gue juga meninggalkan
Shinee karena Exo. Ada banyak boyband keren bahkan sebelum mereka
debut menjadi penyanyi. Juga bukan karena gue ingin menjelek-jelekkan
exo. Hey, mereka adalah salah satu motivasi gue untuk bisa belajar
berbahasa korea!
Ada saatnya seseorang
seperti gue merasa lelah dan ingin berhenti, bukan? Apalagi ditambah
faktor-faktor yang gue sebutkan diatas. Gue jujur saja penat. Setiap
hari, ketika membuka timeline twitter yang ada hanya antarfangirl
saling memaki dan mengutuk. APa itu baik untuk kesehatan jiwa mu?
Well, gue rasa ini adalah keputusan yang tepat.
Gue yakin banyak
pertanyaan dari kalian yang membaca post ini, “Kalau lo memutuskan
untuk leave karena merasa buang-buang waktu, tenaga, dan emosi..
lantas kenapa lo malah berpindah ke fandom lain?!”. Gue nggak mau
jadi orang yang munafik. Gue akui kalau gue pun masih membutuhkan
‘sesuatu’ yang bisa membuat hati gembira, memberikan keceriaan,
dan sedikitnya menjadi refreshing untuk pikiran yang sedang penat.
Gue memang meninggalkan exo, tapi gue masih harus berfikir ribuan
kali untuk seratus persen keluar dari lubang setan ini, guys. Gue
akui, dunia setan ini menyenangkan.
Baru-baru ini, adik
gue yang masih SMP bertanya dengan polos, “Mau diapakan album exo
yang kamu punya?”. Geez, gue masih menyimpan album exo Growl, Wolf
(dua-duanya dalam dua versi) dan Overdose yang setelah menerima album
itu dari pengirim paket, gue merasa kecewa berat. Apa
gue jual aja? Kalau mau dijual, siapa yang mau beli? ^^
Ngomong-ngomong
tentang album, gue akan menjualnya (kalau ada yang mau). Harga 80%
dari harga awal atau bisa di nego, gue ingin segera menyingkirkan
album ini. Karena belum pernah gue putar dan tersimpan rapi.
HUBUNGI :
0878-3925-5726 / @salmalut97
I think you really love exo. ^^~
BalasHapusWww.tomntins.blogspot.kr