"Enggak selamanya niat kita itu bener. Kita itu eperti balon, yang kadang bocor juga, yang kadang bisa kempes dan menghilang". <-- itu kalo enggak salah kata-kata Bu Yayuk dan Pak Salim. Sepasang suami istri yang bekerja sebagai guru di Sekolah gue tercinta <3
Tapi apakah enggak terlalu nyeek kalau tiba-tiba beliau bertanya, "Kapan niat mu pernah lurus? Kalau kamu bilang pernah bocor, berarti sebelumnya kamu pernah benar, kan?". Walaupun bukan gue yang secara langsung mendapatkan pertanyaan mengesalkan seperti itu, tapi batin gue ikutan memuncak dan ikut memanas. Buat apa sih beliau bertanya seperti itu? Untuk memojokkan, atau gimana? Oke, gimanapun jua, kalau dari tatapan mata beliau, gue tahu beliau engga mau disalahkan atau merasa salah ^^ well. itu wajar aja sih sebagai guru yang udah lama disana. HADOH KENAPA JADI NGOMONGIN ITU?? BUKANITU YANG MAU GUE BAHAS WOEE!!!
Tapi lebih kemasalah individual gue aja. Tentang gue yang enggak bisa menjaga niat, yang kadang tergoda oleh sesuatu yang sebenernya maksiat dan enggak penting banget. Awalnya emang seneng, tapi imbas, memang diakhir. Mana ada nyesel diawal jalan? Ya gue juga tahu. Mama juga seringgg bangeeeett ngomongin tentang 'masa depan' seperti yang pernah dulu gue ceritain. tapi ya tetep ya tapi, kalo gue enggak ada niatan ikhlas, atau gue belum dapet teguran dari Allah mungkin gue enggak kapok kali yee? Tapi yang namanya teguran dari Allah itu enggak bisa ditebak loh ya, bisa aja ditegurnya halus, tapi bisa juga ditegurnya pake 'kekerasan'. Jadi, sebelum Allah menegur gue dengan caranya yang mungkin akan sangat menyakitkan, gue akan berusaha merubah diri. Yah minimal satu tingkat, tingkat demi tingkat. Seperti kata seseorang, "semuanya itu bertahap, enggak bisa langung BLAM ada didepan mata kamu". Oke, makasih nasehatnya Kakak.