Halaman

Kamis, 11 Mei 2023

alasan mengapa kita tidak bertemu

Saat aku pulang atau melakukan perjalanan ke Jogja, itu rasanya seperti perjalanan jauh yang sangat berharga, seolah-olah aku merasa merugi jika menghabiskan satu hari saja dengan berleha-leha tanpa tujuan yang jelas. Pokoknya setiap hari harus ada kegiatan yang kulakukan, entah itu memasak, belanja, jalan-jalan, mencari baju, atau bahkan hanya mengobrol dan makan bersama asalkan dengan keluarga itu sudah sangat berharga untukku. Jadi, kalau bapakku bilang saat di Whatsapp, "Maaf ya nok belum bisa ngajak jalan-jalan." Yah, tahukah engkau jika kehadiranmu di rumah tanpa marah-marah itu sudah menjadi hal yang membahagiakan buatku? 

But he never know. I never told him.

Aku tidak perlu perjalanan ke luar negeri jika aku bisa membeli tiket ke Jogja. Walaupun aku sangat ingin suatu saat nanti pergi ke luar negeri, tapi jika disuruh memilih aku akan lebih senang membeli tiket pulang. Karena bertemu dengan keluargaku saat ini menjadi prioritas utama. Aku tidak tahu apakah aku bilang begini karena hubunganku dengan orang tua baik-baik saja, atau karena aku memutuskan untuk menjadi baik-baik saja. Aku sedang ada diposisi sangat sayang dengan keluarga, karena beluum ada yang disayang lainnya, sehingga aku menghindari konflik dan lebih mengalah untuk memahami mereka.

Hidup cuma sekali bisa dibuat senang-senang atau hidup sekali untuk merasa bahagia berada di sekitar keluargamu. 

Ini lah alasan mengapa aku sering tidak membuat janji dengan teman-temanku. Berhubung temanku pun juga hitungan jari. Kalau kata Fafa, temanku itu-itu saja, "Nggak usah bilang temenku deh, temenmu kan cuma Farah." 

HEI! Kalau ngomong kok suka bener.

Pertemuan dengan teman biasanya akan menjadi pertemuan yang tiba-tiba. Tidak aku rencanakan karena kadang aku merasa dikecewakan jika sudah janjian bertemu dengan si A lalu dipenghujung hari aku tidak ingin bertemu. Aneh tapi pahamilah bahwa ini sering terjadi. Aku sering menyesal dalam hati, kenapa aku tidak mengajaknya bertemu padahal dia sudah memberi kode. Kadang aku membodoh-bodohi diri sendiri karena hal itu. Kecuali jika jauh-jauh hari aku sudah kangen parah dan ingin bersilaturahmi, meskipun rencana ini bisa jadi batal karena alasan tertentu, hanya Tuhan dan aku yang tahu.

Teman yang itu-itu saja membuatku lebih tenang karena aku tidak harus menghabiskan waktu berhargaku untuk memuaskan ego bersosial mereka. Maksudku, ketika aku melihat orang lain bertemu dengan temannya lalu berfoto dengan caption yang membuatku berpikir.. apakah ini adalah pertemanan sungguhan atau semuanya harus diunggah di sosial media. Meskipun berfoto itu perlu, dan meskipun aku malu melakukannya, tapi sekarang itu adalah hal yang wajib kulakukan dengan temanku saat bertemu. Walaupun lagi-lagi aku malu-malu untuk mengeluarkan kamera. Mengapa aku begini? Aku tidak tau.

Untuk teman-temanku di luar sana, atau siapapun yang menganggapku sebagai teman.. terima kasih telah meluangkan waktu & tenaga kalian untuk bertemu denganku yang kusadari aneh ini. 

Terima kasih tidak menanyaiku macam-macam yang membuatku bingung harus menjawab apa. 

Terima kasih telah berbagi kisah kalian. 

Terima kasih karena saling berbagi kabar. 

Aku harap kalian selalu sehat dan ada dalam lindungan Tuhan. 

Maafkan kelakuanku. 

Peace love and gawl.


me & nadia spend the whole evening chitchat

me & farah buka puasa terakhir di Raja Klana sambil menikmati pemandangan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...