Halaman

Sabtu, 03 April 2021

Ndok Sendok!

Selamat pagi, yep! 

Gimana? Apakah saya harus update cerita setelah kurang lebih satu bulan ada di seksi "baru"? Iya dong! Masa enggak. Yah, itung-itung saya sambil mengurangi stres dan tekanan batin, di mana lagi saya bisa cerita macam-macam panjang kali lebar? di blog kesayangan ini tentunya.

Setelah satu bulan di situ, saya merasa Wah kerjaan nggak habis-habis ya. Bukan berarti dulu saya nggak ada kerjaan, ngomong begitu tak tapok lambemu. Maksud saya, berkas datang terus, mengalir seperti air. Belum lagi permintaan dan dari bu Bos yang suka datang tiba-tiba, rapat pembinaan tiba-tiba, dan yang paling menjengkelkan adalah kerjaan diluar tusi.

Dulu pekerjaan saya ritme nya laporan, pengaduan, dan mengolah data. Dilakukan setiap tiga bulan sekali, seminggu sekali, dan yang setiap hari ada walau sering nya numpuk karena cuma satu orang yang ngerjain, yaitu saya. Kalau sekarang, pekerjaan lebih dinamis, semua harus bisa, dan paling nyahok kalau dapat berkas jatuh tempo dari seksi lain. Itu kadang membuat diri ini yang punya janji dengan orang lain suka tiba-tiba bisa batal.

Gimana kalau berkas turun di jam 15.45, itu seharusnya saya sudah siap-siap untuk pulang. Bukan nya masih wira-wiri untuk menggarap. Yaiks. Itu yang harus saya "waspadai" setidaknya mending saya ngilang aja kalau pas jam-jam rawan seperti itu.

Ada satu kejadian yang membuat saya jadi melongo bingung, sedikit tertawa, dan jadi ilfeel. Sekarang tempat kerja saya tuh bising, banyak banget polusi suaranya. Mulai dari rekan kerja yang ketawa-ketiwi dan ngobrol brisik nggak ngotak, suara mesin shredder, suara mesin print & fotokopi, atau dari orang yang bicara ngelantur aja. Makanya saya mending kalau sedang mode kerja pasti pakai headphone supaya terhindar dari gangguan-gangguan syaiton seperti itu. 

Nah, tiba-tiba bu Bos nih njawil saya. Oh ya otomatis saya langsung nengok dan nyopot tuh headphone. "Iya ada apa bu?". Lalu bu Bos bicara, tapi nggak jelas. Mungkin karena saya masih peralihan dari nyopot headphone lalu kembali ke dunia nyata yang amis ini jadi suara yang masuk juga samar-samar. Beliau meminta sesuatu ke CS (cleaning service), karena jujur banget saya nggak denger beliau ngomong apa dan sudah mengulangi pertanyaan dua kali, jadi nggak enak lah. Maka, dengan cerdasnya saya menginterpretasikan apa yang beliau minta dengan gerakan tangan dan situasi yang ada saat itu. Kebetulan galon di ruangan habis, jadi mungkin itu yang diminta.

Akhirnya dengan legowo saya ke CS dan bilang kalau galon nya habis. Setelah lima menit duduk dan kembali melanjutkan pekerjaan saya, bu Bos datang lagi dan bertanya "Udah belum?". Ya saya jawab, "Sudah bu, itu barusan diganti." Kemudian dia kecewa. "Bukan, bukan galon. Tadi saya minta sendok." 

Piye?

Baleni meneh.

s e n d o k.

Ah kamu pasti bergurau ya.

Tapi ternyata tidak gais, pendengaran saya masih baik-baik saja walaupun sering blunder, tapi yang ini beneran. Walaupun jadinya juga blunder dari sendok menjadi galon. Untuk bang CS nya masih ada di ruangan, jadi dia yang ngambil sendok.

Untuk sejenak saya tertawa dengan kebudegan ini, tapi kemudian saya jadi jengkel. HEY! Sing meh madhang kowe, kok aku sing kon nembung sendok? Opo mergo aku pelaksana dan bawahanmu, jadi bisa seenaknya ngakon ini-itu? Oh waw, harga diri saya.

Kok bu Bos sungguh bossy gini. Untuk hal yang seharusnya bisa dilakukan sendiri loh. Ruangan CS itu ada di lantai yang sama, saya tidak sedang nganggur, saya sedang bekerja mumet dan serius, saya paling nggak suka sebenarnya kalau diganggu padahal saya sedang fokus gini. HAH. Besok lagi, kalau ada permintaan yang nggak mashok gini, mending tak tolak saja.

Sebenarnya peristiwa seperti ini tuh sudah pernah diceritakan sama temen-temen. Tapi ah ya sudah lah, berdoa semua bukan saya yang kena terus. LOL. Kampret.

Kalau saya disuruh cepat menyimpulkan dari kebiasaan beliau yang suka menyuruh-nyuruh orang lain sesuka hati karena tahta nya lebih tinggi, well, itu penyakit kronis nggak sih? Saya kalau dikasih kekuasaan seperi itu belum tentu bisa menahan nya. Yah, kalau bisa duduk diam santai-santai, kenapa harus gerak sendiri ya kan?

Cuma.. apa ya pantes? Kalau saya kok ya malu. Sendok buat makan sendiri saja masa harus nyuruh orang lain buat ngambilin?

Kebetulan, memang penataan peralatan makan dan minum di ruangan itu agak berantakan. Lagi pula saya juga nggak mau *kalau nggak terpaksa* untuk naruh gelas di sana, karena pasti ilang. Entah karena ibu-ibu CS yang bertugas nyuci, atau karena ketuker dipakai orang lain.

Bleh.

Bawa dari rumah, lalu dibawa pulang lagi saja :) hhehe



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...