Halaman

Minggu, 07 November 2021

Suasana Baru atau Masalah Baru

Wah ternyata sudah delapan bulan aku ada di seksi ini. Seksi yang (dulu) paling rame dan rusuh. Entah karena kutukan atau memang sebuah kebetulan, tapi sejak aku pindah ke sini ‘oknum’ yang membuat ramai ruang pelan-pelan (tapi pasti) mulai pindah. Ada yang pindah ke seksi lain, kantor lain, bahkan pulau lain. Jujur, ini lebih baik daripada harus bekerja dengan suasana ruangan yang berisik dan tidak kondusif. Apalagi kemarin posisi duduk-ku ada di tempat yang terlalu strategis jadi semua orang yang lewat, mau ambil makanan, ambil minum, pasti akan auto-nengok ke mejaku. Kalau membuka pintu ruangan aja, langsung yang pertama dilihat adalah aku. Wadoh. Kurang nyaman lah.

Gambar Ilustrasi Denah Ruangan

Setelah banyak tempat duduk yang kosong, akhirnya aku memilih untuk pindah ke sebelah kak Ety. Tempat yang menjadi banyak incaran karena bebas dari pantauan masyarakat sekitar. Pokoknya meja yang mepet tembok itu lah meja yang paling aman dan nyaman. Persis seperti mejaku dulu di seksi yang lama. Langsung menghadap ke pintu masuk, jadi siapa yang masuk, siapa yang keluar kita pasti tau dan dengar. Plus nya kalau ada pembicaraan di ruangan bos pasti terdengar karena jaraknya hanya sedekat nadi.

Karena banyak yang pindah/mutasi, pasti lah banyak yang masuk untuk mengisi kekosongan ini. Salah satu orang nya adalah seseorang yang 'problematik'. Bukan cuma aku yang bilang begini. Setiap orang pasti pernah punya problem dengan dia, entah disengaja tau tidak. Mungkin itu hobinya, ribut dengan orang lain.

Kalau ditarik ke belakang tentang problem apa yang pernah terjadi antara kami, rasanya aku ingin menghapus dia dari bumi ini. Tapi sebagai rekan kerja dan salah satu sikap profesionalisme, aku harus tetap ramah dan menganggap segalanya telah berlalu. Meskipun kuyakin dia juga memendam hal yang sama. Mana mungkin orang seperti dia begitu saja melupakan kesalahan orang lain, dan begitu pula denganku yang sifatnya memang mengingat hal yang mbiyen-mbiyen. Nggak baik, sudah berusaha dikurangi, tapi mohon maaf sepertinya memang butuh waktu yang cukup lama. Sabar.

Kalau aku pernah ngatain temanku aneh, nah, dia lebih aneh lagi. Nggak ada yang bisa membaca, mengira apa isi kepalanya. Apa yang dilakukan sesukanya, terserah dia. Orang pun malas untuk terlibat, karena salah-salah bisa jadi salah. (loh). Lebih baik menghindar daripada kecebur got, kan?

Balik lagi ngomongin ruangan yang mendadak jadi sepi (bagi mereka). Kalau bagiku sih enjoy aja dengan suasana yang sepi, kondusif, tidak ada bunyi-bunyi aneh, atau suara mendesah nya Arini. Arini adalah salah satu biang ribut di ruangan. Sedih juga dia pindah ke lantai atas, jadi agak canggung ruangan ini. Suatu hari dia bilang, “Ih kok jadi sepi banget ruangan itu? Aku nggak suka.” Batinku, kenapa kau yang nggak suka, kau pun dah nggak ada di bawah sini.

Sebenarnya aku baik-baik saja dengan suasana ruangan yang rame, ribut, dan bar-bar. Asalkan aku masih punya ruang privasi dan tidak mengganggu. Tapi memang suka nggak ingat waktu. Okelah kalau sore menjelang pulang, atau siang menjelang isoma. Kadang mereka jagongan di satu meja sampai orang lain tidak bisa lewat, apalagi aku ya kan, yang badan nya agak sesak jadi butuh jalan yang lapang. Aku harus misi-misi dulu supaya bisa melewati mereka, untung nggak dipalak.

Awal-awal di sini ketat banget bu bos mengawasi aku. Dikit-dikit ditelpon, lagi boker pagi pun pernah ditelpon. Panggilan alam ini kan tidak bisa dijadwal. Oh tai, datanglah nanti jam setengah tiga, gak bisa lah! Kadang juga ikut-ikut merecoki orang lain yang sebenarnya nggak tahu aku lagi dimana, tapi tetap ditelpon karena dia menuntut dan mengira kalau orang itu tahu.

Apa ya, tempat ini banyak suka dan duka nya. Waktu awal memang aku sering banget dapat disposisi yang harus dikerjakan, sampai aku bingung mau ngerjain yang mana dulu. Setelah dibuat prioritas akhirnya kelar juga. Sekarang saat ‘anak baru’ datang, sepertinya pekerjaan sudah dibagi rata & anak baru itu juga merasakan sepertiku, menerima banyak dispo. Enjoy that shits.

Mengenai teman-teman yang pindah, aku sebenarnya sedih. Ada sedikit rasa kosong, takut ditinggalkan, dan juga menjadi galau. Mungkin bukan orang yang yang sebenarnya kurindukan atau bahkan ingin kutahan, tapi momen-momen yang sudah dilewati bersama itu agak sulit untuk dilupakan. Rasanya aku ingin menahan mereka dan bilang, “Jangan pergi, tunggu dulu sebentar lagi.” JIAKHHH.

Namun kita semua harus tegar. Bukan hanya aku yang merasa sedih, pasti mereka juga sedih. Jauh lebih sedih malah, karena harus meninggalkan tempat (yang mungkin) sudah settle. Meskipun ada juga yang merasa bahagia karena bisa meninggalkan kota terpencil ini dan pindah ke kota yang hiruk pikuk nya lebih terasa. Ini semua tergantung dengan masing-masing pribadi.

Seksi ini akan menjadi sebuah tempat yang hening menjadi tempat yang penuh dengan ilmu dan juga pekerjaan. Aku senang karena di sini bisa melakukan ST. Di seksi lama aku tidak pernah dapat ST sebab memang tidak ada pekerjaan yang mengharuskan ST. Sungguh disayangkan, padahal aku suka sekali pergi-pergi dan mengulik kehidupan orang lain.

Gimana ya, ini semua bukan hanya masalah senang/sedih, tapi kita sendiri yang memandang dari sudut pandang yang mana. Semua itu fleksibel dan bukan menjadi penentu. Di dunia ini kita semua adalah supir. Mau dibawa mobil ini, ya tergantung kita sendiri. Wedeh, permisalan yang agak maksa tapi nggak apa-apa, nanti kita coba lagi di lain kesempatan.

Untuk sekarang aku sedang menikmati masa-masa bekerja dan mempersiapkan mental untuk kuliah lagi tahun depan. Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia. Jangan pernah melupakan bahwa kita juga manusia yang butuh recharge sebelum benar-benar mati.





Selasa, 01 Juni 2021

Ngomongin Film : A Quiet Place II - Diam saja tidak Cukup

Setelah menanti kurang lebih dua tahun akhirnya film A Quiet Place part II tayang juga di Indonesia. Saya termasuk orang yang menantikan nya sejak akhir tahun 2018, berhembus kabar kalau A Quiet Place akan dibuat sequelnya. Ya tentu saja harus dibuat! Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab di film pertama.

Dulu saya nonton film ini bersama teman latsar di saat pesiar (sebutan free time di masa diklat). Kami bingung mau nonton apa, sementara hasrat ingin membuang uang sudah menggebu-gebu, rekening kami lagi gendut-gendutnya. Saya sih ngikut saja karena memang nggak kepikiran akan nonton film, yang ada di dalam kepala saya waktu itu pokoknya mau liburan, senang-senang, dan menghamburkan uang.

Ternyata film nya bagus banget! Nggak ada dialog, sepi nyenyet, tapi seramnya kerasa banget sampai bulu kuduk merinding dan saya berkali-kali menjerit. Ahhh.

Pertanyaan pertama yang muncul adalah dari mana monster itu berasal? Apa tujuan monster itu membunuh orang-orang? Dan dimana manusia lainnya?

Sabtu, 03 April 2021

Ndok Sendok!

Selamat pagi, yep! 

Gimana? Apakah saya harus update cerita setelah kurang lebih satu bulan ada di seksi "baru"? Iya dong! Masa enggak. Yah, itung-itung saya sambil mengurangi stres dan tekanan batin, di mana lagi saya bisa cerita macam-macam panjang kali lebar? di blog kesayangan ini tentunya.

Setelah satu bulan di situ, saya merasa Wah kerjaan nggak habis-habis ya. Bukan berarti dulu saya nggak ada kerjaan, ngomong begitu tak tapok lambemu. Maksud saya, berkas datang terus, mengalir seperti air. Belum lagi permintaan dan dari bu Bos yang suka datang tiba-tiba, rapat pembinaan tiba-tiba, dan yang paling menjengkelkan adalah kerjaan diluar tusi.

Dulu pekerjaan saya ritme nya laporan, pengaduan, dan mengolah data. Dilakukan setiap tiga bulan sekali, seminggu sekali, dan yang setiap hari ada walau sering nya numpuk karena cuma satu orang yang ngerjain, yaitu saya. Kalau sekarang, pekerjaan lebih dinamis, semua harus bisa, dan paling nyahok kalau dapat berkas jatuh tempo dari seksi lain. Itu kadang membuat diri ini yang punya janji dengan orang lain suka tiba-tiba bisa batal.

Gimana kalau berkas turun di jam 15.45, itu seharusnya saya sudah siap-siap untuk pulang. Bukan nya masih wira-wiri untuk menggarap. Yaiks. Itu yang harus saya "waspadai" setidaknya mending saya ngilang aja kalau pas jam-jam rawan seperti itu.

Ada satu kejadian yang membuat saya jadi melongo bingung, sedikit tertawa, dan jadi ilfeel. Sekarang tempat kerja saya tuh bising, banyak banget polusi suaranya. Mulai dari rekan kerja yang ketawa-ketiwi dan ngobrol brisik nggak ngotak, suara mesin shredder, suara mesin print & fotokopi, atau dari orang yang bicara ngelantur aja. Makanya saya mending kalau sedang mode kerja pasti pakai headphone supaya terhindar dari gangguan-gangguan syaiton seperti itu. 

Nah, tiba-tiba bu Bos nih njawil saya. Oh ya otomatis saya langsung nengok dan nyopot tuh headphone. "Iya ada apa bu?". Lalu bu Bos bicara, tapi nggak jelas. Mungkin karena saya masih peralihan dari nyopot headphone lalu kembali ke dunia nyata yang amis ini jadi suara yang masuk juga samar-samar. Beliau meminta sesuatu ke CS (cleaning service), karena jujur banget saya nggak denger beliau ngomong apa dan sudah mengulangi pertanyaan dua kali, jadi nggak enak lah. Maka, dengan cerdasnya saya menginterpretasikan apa yang beliau minta dengan gerakan tangan dan situasi yang ada saat itu. Kebetulan galon di ruangan habis, jadi mungkin itu yang diminta.

Akhirnya dengan legowo saya ke CS dan bilang kalau galon nya habis. Setelah lima menit duduk dan kembali melanjutkan pekerjaan saya, bu Bos datang lagi dan bertanya "Udah belum?". Ya saya jawab, "Sudah bu, itu barusan diganti." Kemudian dia kecewa. "Bukan, bukan galon. Tadi saya minta sendok." 

Piye?

Baleni meneh.

s e n d o k.

Ah kamu pasti bergurau ya.

Tapi ternyata tidak gais, pendengaran saya masih baik-baik saja walaupun sering blunder, tapi yang ini beneran. Walaupun jadinya juga blunder dari sendok menjadi galon. Untuk bang CS nya masih ada di ruangan, jadi dia yang ngambil sendok.

Untuk sejenak saya tertawa dengan kebudegan ini, tapi kemudian saya jadi jengkel. HEY! Sing meh madhang kowe, kok aku sing kon nembung sendok? Opo mergo aku pelaksana dan bawahanmu, jadi bisa seenaknya ngakon ini-itu? Oh waw, harga diri saya.

Kok bu Bos sungguh bossy gini. Untuk hal yang seharusnya bisa dilakukan sendiri loh. Ruangan CS itu ada di lantai yang sama, saya tidak sedang nganggur, saya sedang bekerja mumet dan serius, saya paling nggak suka sebenarnya kalau diganggu padahal saya sedang fokus gini. HAH. Besok lagi, kalau ada permintaan yang nggak mashok gini, mending tak tolak saja.

Sebenarnya peristiwa seperti ini tuh sudah pernah diceritakan sama temen-temen. Tapi ah ya sudah lah, berdoa semua bukan saya yang kena terus. LOL. Kampret.

Kalau saya disuruh cepat menyimpulkan dari kebiasaan beliau yang suka menyuruh-nyuruh orang lain sesuka hati karena tahta nya lebih tinggi, well, itu penyakit kronis nggak sih? Saya kalau dikasih kekuasaan seperi itu belum tentu bisa menahan nya. Yah, kalau bisa duduk diam santai-santai, kenapa harus gerak sendiri ya kan?

Cuma.. apa ya pantes? Kalau saya kok ya malu. Sendok buat makan sendiri saja masa harus nyuruh orang lain buat ngambilin?

Kebetulan, memang penataan peralatan makan dan minum di ruangan itu agak berantakan. Lagi pula saya juga nggak mau *kalau nggak terpaksa* untuk naruh gelas di sana, karena pasti ilang. Entah karena ibu-ibu CS yang bertugas nyuci, atau karena ketuker dipakai orang lain.

Bleh.

Bawa dari rumah, lalu dibawa pulang lagi saja :) hhehe



Rabu, 24 Maret 2021

Selamat Jalan Bisma..

Orang-orang pasti bingung kalau aku bilang "Tunggu ya aku ambil Bisma di parkiran dulu." Pasti pada bertanya "Bisma siapa Sal?" Lalu aku harus menjelaskan agak panjang bagaimana nama Bisma itu melekat di motor kami. Iya kami -aku dan Tata. Bisa dibilang Bisma adalah motor pertama kami, motor yang diberi secara cuma-cuma oleh senior karena janjinya jika beneran mutasi ke homebase

Well, ketika pengumuman mutasi itu keluar, dia senang, kami pun juga senang. Kami nggak perlu  lagi nyewa motor yang harganya lumayan mahal itu. Nggak perlu lagi kami harus susah naik angkot ke kantor. Setidaknya walau nggak prima seperti motor lainnya, Bisma sudah menemani kami berkeliling kota Tanjungpinang. Ke laundry, ke tempat pembuangan sampis, ke bintan 21, ke TCC, ke Mall malam-malam pulang naik Bisma habis nonton film. Kenangan yang banyak.

Bisma adalah motor merek smash, itu lah kenapa aku menyebutnya Bisma, nama member SM*SH favoritku. Ya Biar kece lah! Plat nomornya sudah lama mati, untuk menghidupkan nya kembali harus dua kali memperpanjang plat, itu pun masih belum hidup. Entah berapa denda yang harus dibayar. Kami heran kenapa pemilik sebelumnya nggak merawat Bisma secara baik lahir dan batin. Kalau dikategorikan, mungkin Bisma adalah motor bebek bobrok yang siap dilebur jadi besi bekas dan spare part nya dijual kiloan.

Banyak kejadian yang kami alami. Mulai dari patah pijakan giginya -mungkin karena terlalu kuat pijakanku, ban bocor, rem blong, jatuh di dronjongan bakso hoki, ngepot di aspal, sampai ngerepotin orang sekampung karena nggak paham gimana cara mengatasi motor yang eror dan ngga bisa dimaju-mundurin. Kalau dipikir-pikir sih banyak banget momen berharga bersama Bisma. Tapi pada akhirnya karena kebutuhan, keperluan, dan mungkin gaya hidup, akhirnya aku mengganti Bisma.

Agak berat ya, tapi kalau dipikir untuk apa? Menuh-menuhin rumah, kalau nggak dipakai, siapa tau kan bisa dipakai orang lain. Sebetulnya bisa dipakai sama Fafa, tapi sepertinya memang hanya orang-orang tertentu yang bisa menggunakan Bisma. Mereka bilang "Aduh nggak nyaman, aduh kok rem nya nggak makan, aduh.. aduuh..". Sebenarnya dulu kami pakai Bisma pun nggak ada nyaman-nyaman nya. Setidaknya kami ada transportasi, daripada naik angkot, daripada nggojek, daripada nyewa motor.

Yah, sesuatu itu harus di ikhlaskan.

Dear Bisma.. semoga kamu mendapat pengendara yang baru. Semoga kamu dirawat dengan baik, semoga kamu bisa berjaya lagi. Aku tahu kamu adalah motor yang tangguh dan bisa melalang buana kemana-mana. Semoga pengendara setelahku lebih bertanggungjawab lagi, lebih sayang, dan bobotnya lebih ringan. HAHAHAHAH.

Bye Bisma.



Selasa, 16 Maret 2021

Akhirnya!

Setelah tiga tahun di meja yang sama, akhirnya gue pindah seksi. Meskipun biasa saja, tapi setidaknya ada yang membuat "awal tahun" dan bulan Maret gue menjadi lebih berwarna. Ada hal baru yang bisa dipelajari dan mungkin mengganti penyebab stres. Maka dari itu gue berusaha banget untuk memulai semuanya dari awal, supaya nggak ada lagi stres-stres dalam pekerjaan, dan tidak ada berkas/pekerjaan yang menggunung.

Kalau ditanya seneng nggak akhirnya pindah, jawaban nya sih biasa saja. Gue tahu di Pelayanan pekerjaan nya mengalir terus, kalau di seksi yang lama serba-serbi laporan dan juga permintaan data yang nggak ada habisnya itu yang bikin kepikiran, belum lagi permintaan bu Bos yang aneh-aneh, kudu mikir lagi. Mungkin ini memang saatnya gue pindah, udah tiga tahun masa' gue nggak nambah pengalaman sih? Begitu.

Semua hal itu ada plus-minus nya. Kalau mau nyari enak nya doang bisa kalik Indomie, tapi ini kan kerjaan, harus dijalani dan dihadapi. Kalau ada masalah ya dihadapi dengan senyuman, kalau kata bu Bos sih. Walau nggak menyelesaikan masalah setidaknya hati nggak sumpek.

Hari pertama gue jalani dengan baik, nggak terlalu kaget karena ada temen seangkatan yang menjadi sunbae di pekerjaan ini, jadi nggak terlalu "kikuk" kalau kudu nanya. Tahu lah gue se-awkward apa sama orang. Gue nempatin meja Fira (ex Pelayanan yang pindah ke Penagihan) dan mendekor sebisa mungkin meja supaya nyaman untuk kerja dan nggak berantakan. Jadi pikiran gue bisa lebih fresh

Gue agak shock theraphy dengan kondisi ruangan karena sebelumnya gue kerja di pojokan tanpa interaksi dengan rekan kerja. Sekarang gue dilewati lalu lalang orang-orang yang mau ke galon, ke meja snack, buka pintu, dan yang bersliweran lainnya. Belum lagi oknum-oknum kepo yang suka nginjen apa yang sedang gue lakukan. Itu sih yang membuat agak terganggu. Kadang ada orang yang naruh gelas, piring, atau berkas sembarangan di meja. Kan gue jadi bingung, dan jujur saja terganggu. 

Dulu gue duduk di pojok dan dekat banget sama bu Bos karena nggak dibolehin duduk di meja yang gue mau, akhirnya mutung dan memilih untuk duduk di sana. Paling ujung, nggak ada teman untuk ngobrol. Barulah waktu Ruli dateng gue ada temen nya, tapi tetep aja nggak bisa ngobrol karena terhalang sekat meja. Hidup gue tenang, bisa membuka apa saja, melakukan apa saja. Gue bisa makan camilan sesuka hati tanpa harus basa-basi ke teman sebelah "Mau nggak?". Duh, gue paling nggak bisa untuk basa-basi seperti itu. Rasanya ada yang mengganjal di tenggorokan. 

Lagi, mungkin ini adalah saatnya gue harus berinteraksi dengan dunia dan berhenti untuk kerja dengan sistem individual. Yah, jujur saja gue lebih nyaman begitu, namanya juga introvert. 

Sekarang gue belum ada keinginan untuk menginjakkan kaki lagi ke seksi sebelah. Mungkin gue dah trauma dengan bu Bos. Tidak ingin kembali apalagi mengingat-ingat kesedihan gue. Padahal ruangan nya cuma sebelahan.

Yah, kalau kata temen-temen di sini sih "Ya nikmati aja kak." Oke, gue nikmati. 

CIAO!!



Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...