Halaman

Senin, 12 Oktober 2020

Intinya kita ini berbeda

Entah gua pernah ngomongin ini atau belum tapi di edisi kali ini gua hanya akan curhat saja tentang apa yang sedang gua rasakan menjadi pegawai kantor pusat yang ditempatkan di daerah. Dulu waktu masih jadi anak baru dan naif, gua berfikir It's ok to be here dibanding dengan ibu kota yang ramai dan biaya hidup yang tinggi. Pokoknya ada banyak pertimbangan kenapa gua tidak ingin ada di ibu kota, salah satunya karena gua tidak bisa hidup dalam suasana yang terlalu ramai. Yah seperti yang kita tahu ibu kota itu kan tidak pernah tidur. 

Tetapi makin kesini gua merasakan kesenjangan yang begitu besar antara pegawai yang ada di pusat dan daerah terutama kepulauan. Selain take home pay yang jelas berbeda, tapi bukan itu yang membuat gua iri. Duit mah bisa dicari. Kepuasan orang juga tidak diukur dengan uang saja. 

Di daerah, biasanya informasi-informasi penting akan sampai lebih lambat kecuali kalau seseorang punya teman di kantor pusat, atau memang dia orang nya gercep/up to date dengan informasi. Tapi itu hanya jika berhubungan dengan peraturan, nota dinas, atau pengumuman mutasi. Beda ceritanya kalau pengumuman itu tentang hal-hal kurang penting seperti lomba atau kegiatan di luar tusi. Malah kadang informasi itu baru sampai di kami saat sudah H-1. Mau tidak mau.

Kenapa sih gua kok tiba-tiba ingin cerita ini? 

Alasannya karena sudah terlalu sering gua ingin ikut event yang diadakan kantor pusat tapi gagal. Meskipun peserta nya terbatas, seharusnya ada "slot" untuk pegawai daerah yang juga berbakat. Gua nggak mengelu-elukan diri sebagai orang yang jago, tapi gua bisa. Gua ingin sekali-sekali tampil dan menunjukkan ke semua orang kalau gua berbakat. Bukan hanya menjadi performer di acara perpisahan kantor yang tidak dihargai sama sekali. 

Seenak jidat orang menyuruh "Kamu kan bisa, tolong ya. Kalau bukan kamu siapa lagi?" 

Biji lu kendor!

Gua ingin ada orang yang melihat gua menjadi pilihan pertama, bukan karena diada-adain. Bukan karena biar rame, biar seru, biar ada hiburan. Tapi ketika tampil, gua ingin menampilkan yang terbaik atau tidak sama sekali. Gua nggak mau memberikan hal yang cuma setengah-setengah. Gua mau semua hal itu dipersiapkan dengan matang, dengan perencanaan detail. Fuck you buat orang yang suka bilang "yang mendadak memang nggak wacana", tahik kucing! Meskipun rencana bisa berubah, tapi setidaknya ada gambaran supaya tidak ngawang. 

Selalu loh. Bukan hanya kadang-kadang, tapi SELALU.

"Mbak bisa datang ke kantor sekarang? Ada rapat untuk acara besok siang." *tolong putarkan lagu kumenangis*

Gua pikir setelah melakukan hal yang merepotkan & memalukan seperti itu gua akan mendapatkan nilai lebih di kehidupan perkantoran gua. Ah sama aja. Yang ada malah jadi ketempelan label "panitia" yang tidak menguntungkan apa-apa selain capek hati dan pikiran. Lalu teringat lah gua dengan bujuk rayu mereka yang membuat gua yang masih lugu kala itu terhasut. Menurut. Mengiyakan. anying.

Kemarin gua berencana mengikuti lomba dalam rangka hari oeang yang diadakan oleh kantor pusat. Pengumuman nya nggak sengaja gua lihat dari nadine. Tumben banget kan gua lihat-lihat nadine? Nah, langsung deh gua excited banget karena gokil kalau bisa gabung atau hanya ikut audisinya saja. Nggak menang juga nggak apa-apa. 

Setelah membaca kriteria dan persyaratan gua berpikir lagi. Satu eselon 1 hanya diperbolehkan mengirimkan dua perwakilan, sementara yang gua tahu di esmelon 1 ini buanyak banget orang nya. Yang punya kemampuan menari bukan cuma gua. Belum lagi yang punya orang dalem, orang pusat, panitia, dan penampilan fisik yang jauh lebih menarik. Banyak faktor. Tapi gua nekat, coba dulu deh daftar, kalau udah penuh yasudah. Bukan rejeki, tapi fuck you.  

BYE!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...