Halaman

Selasa, 23 April 2019

Bukan salah dengar, gue cuma terlalu membenci!

Kebencian gue pada seseorang ternyata bisa membuat hal yang sebenarnya tidak terjadi bisa terjadi begitu saja. Kemarin salah satu teman menceritakan sesuatu tentang seseorang, sebut saja dia Inul. Inul ini adalah anak baru yang mukanya ngeselin, sengak, dan terlihat sangat angkuh. Anak baru aja belagu, begitu pikir gue yang juga belagu menjadi senior. Sejak awal gue melihat Inul, sudah terbersit dalam hati ini rasa tidak suka dan tidak nyaman jika melihat dia.


Karena mungkin cerita nya lewat chatting jadi momen ambigu itu mudah sekali terjadi. Gue yang sudah mematenkan Inul menjadi orang yang tidak gue suka, akhirnya menangkap cerita yang disampaikan menjadi sangat drama cocok dengan apa yang gue bayangkan di dalam kepala. Imajinatif. Sungguh imajinatif.

Waktu kami ketemu, gue cerita ke dia, "Eh tadi gue cerita ke kak Ichi kalau Inul bla bla bla bla." 

Alangkah kaget muka dia, "Hah? Gue nggak cerita gitu ya Sal!" Akhirnya kami saling ngotot dan gue pun kembali membaca chat dari dia. Memang hal itu tidak pernah terjadi gais. Itu adalah imajinasi. Imajinasi yang berasal dari rasa tidak suka. Sebuah drama yang sebenarnya mungkin dalam alam bawah sadar gue inginkan. Goblok!

Kalau ini kasusnya adalah salah gue sendiri sebagai manusia yang penuh kebencian. Ini murni salah gue dan hati kecil ini rasanya menolak itu. Wah nggak bener nih. Awalnya gue ingin membiarkan saja, anggap saja itu adalah angin lewat yang tidak perlu digubris, tapi kok terlalu gawat. Terlalu riskan untuk dijadikan angin lewat. 

Lalu setelah berdiskusi dengan dia, gue memutuskan untuk mengklarifikasi ke kak Ichi. Untungnya Alhamdulillah hari itu gue baru ketemu dengan dia, orang yang mungkin related dengan orang-orang yang ada dalam imajinasi gue tersebut. Syukurlah dosa gue ketarik lagi.

Nah, kejadian di atas bukan terjadi sekali dua kali saja dalam kehidupan bermasyarakat gue. Terkadang ada yang terjadi karena miss komunikasi dari pembawa berita atau kesalahan dari gue. Awal mula sebuah gosip miring beredar adalah karena orang yang menyampaikan cerita menambahkan atau mengurangkan puzzle atau susunan cerita. Penyakit emang!

Ah, gue jadi males nggosip kalau gini. Kalau bukan yang gue denger sendiri, gue jadi males. Males kalau salah, dan males kalau itu malah menjadi boomerang. Sakit tauk kena boomerang tuh! Lebih baik diam saja kalau mendapat berita. Sayangnya mulut ini terasa gatal ingin bercerita apalagi kalau dikipasi dengan kipas kebencian. Duh.

Padahal, kalau kalian tahu, orang sebangsat apa pun, pasti dia punya sisi baik. Cuma ketutupan aja dengan kebangsatan yang sudah semakin melebar. Gue pun juga bukan orang yang suci tidak berdosa. Dosa gue? Banyak! Mau nangis aja rasanya kalau ingat dengan dosa. Hmm, udah gitu masih ditambah dengan dosa dosa kecil setiap hari, masyaallah. 

Udah gitu aja! Bye!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...