Halaman

Selasa, 08 Mei 2018

Latsar Pamentas - Begin

They all my friends from G class. They're so bright just like the sunshine. Find me!
Setelah mendapatkan SK penempatan, salah satu syarat untuk menjadi pegawai resmi adalah mengikuti diklat pelatihan dasar (latsar) dan lulus. Jangan cuma ikut tapi juga harus lulus. Jadi ada berapa diklat sih di kemenkeu itu? Banyak. Banyak sayang. Tapi yang wajib untuk menjadi pegawai ada tiga sih kalau di DJP. Latsar, DTU, dan DTSD. Itu semua dilakukan di luar kantor (yaiyalah). Semua temanku sudah mendapatkan panggilan diklat di gelombang satu dan dua sementara aku mendapat panggilan pas setelah pengumuman penempatan keluar. Jadi baru seminggu kami ada di kantor baru, istilahnya belum sempat kami beradaptasi, eh sudah pergi lah kami diklat selama lima minggu. Gila ya, lama sekali.

"Nikmatin aja dek, anggap itu sebagai liburan." Liburan gundulmu! Begitu aku pikir awalnya. Karena kebetulan aku mendapat lokasi latsar di Jakarta dan dari kabar yang berhembus latsar di pusat itu tantangannya lebih besar daripada latsar di daerah (balai diklat). Pikiran pertama yang muncul dalam kepalaku adalah mengenai kegiatan fisiknya. Kabar burung itu memang kadang lebih dahsyat efeknya daripada pengumuman resmi.

Aku berangkat dari Tanjung Pinang bersama ketiga belas kawanku. tujuh orang di wisma WDW dan tujuh lainnya termasuk aku di Pamentas. 'Kabar' yang beredar, WDW adalah lahan penyiksaan sementara Pamentas berada satu tingkat dibawahnya. What amazing news! Setelah kami berpisah di gerbang dan menemukan barak masing-masing, sebelumnya kami dicegat terlebih dahulu, disita obat-obatan dan makanannya. Aku langsung masuk ke barak dan menemukan seseorang sedang menata barang-barangnya. 

"Halo, 119 ya? Aku Salma, kamu?" 

"Ruth," dia bilang begitu.

Kami mulai menata barang-barang seadanya. Kemudian masuk satu lagi orang yang bernama sama denganku, Salma. Aku memutuskan untuk mengganti nama dengan Aqila di sana. Dan ya berhasil untuk lingkup kamar. Tapi saat di kelas, aku mencoba mengatakan 'Aqila' setiap orang bertanya namaku, tapi yang keluar tetap aja 'Salma'. bego. Ini juga cerita nggak penting sih.

Setelah itu kami dikumpulkan di aula untuk pembukaan. Dan mulai lah rutinitas latsar itu dimulai. Mulai hari itu juga. Makan siang pertama, kami jalan jongkok dari aula ke ruang makan. Makan tidak boleh berisik, dan harus cepat. Kurasa makan -terlalu- cepat ini yang membuat orang-orang di latsar menjadi gemuk. Karena makanan tidak dicerna dengan baik, jadi perut mengolahnya lama. Sembelit juga tidak bisa dihindari karena yaa eek nya jadi keras ma fren. Sakit.

Seminggu pertama, kami kegiatan full di luar kelas. Entah itu materi di aula, atau materi di lapangan. Kalian tahu, untuk kegiatan di lapangan itu sungguh menguras tenaga. Kami berbaris menjadi tiga banjar setiap kelas, dan melakukan apa yang disuruh oleh pelatih. Apapun. Nah, di latsar ini pengawas kami adalah para pelatih yang menjaga dan mengawasi kami selama 24 jam nonstop. Setiap pagi kami wajib bangun jam empat dan langsung bersiap untuk solat subuh berjamaah di masjid. Setelah itu kami senam pagi dan itu semua diawasi oleh pelatih. Fungsinya sih supaya tertib. Karena tau lah anak-anak milenial kalau dibiarkan bebas sedikit saja, bisa liar macam macan.

Aku tidak akan pernah melupakan hari itu. Jumat minggu pertama digadang-gadang menjadi hari terberat untuk kami. Malamnya, kami masih sempat untuk briefing terlebih dahulu untuk apa-apa yang mau dilakukan dan perlu dilakukan. Siang itu, kami semua langsung menggunakan pakaian olahraga, berkumpul dan berbaris di lapangan rumput yang panasnya bukan main kawan. Meskipun kami memakai topi, rasanya panas matahari itu meresap sampai ke tulang, ke ubun-ubun, mendidih sudah semuanya.

Kami mendengarkan pelatih memberi materi, kemudian ketika satu orang diantara kami melakukan kesalahan maka semuanya kena tindak. Kami berguling dari sisi kanan lapangan menuju sisi kiri. Setelah itu kami jalan jongkok, lengkap dengan merayap. Banyak dari kami yang tumbang dan muntah di tempat. "Hueeek.. Huekkk" begitu bunyinya. Menjijikkan. Aku? Nyaris muntah karena aku pusing sekali. Tapi memang aku bukan tipe orang yang mudah muntah sih, tapi tetap saja, diguling segitu banyaknya orang terkuat pun pasti akan merasa eneg dan mual.

Setelah itu makan siang. Latsar bukan latsar namanya kalau tidak ada makan komando. Apa itu makan komando? Jadi kami akan mengikuti aba-aba dari pelatih sebelum makan. Waktu isi kotak makan siangnya adalah nasi, sayur lodeh, ayam goreng, pisang, tempe goreng, orak arik yang entah bagaimana itu rasanya asam-asam gitu, pepaya, dan tidak lupa telur rebus. Sialnya adalah itu adalah kombinasi makanan yang jika dicampur dan diulen akan terasa seperti muntahan. So disgusting tapi ya gimana ya. Sebelumnya kami disuruh ke lapangan agak terbuka untuk tanding yel-yel dengan siswa WDW. Ternyata itu adalah distraction untuk penyelenggara mengaduk-aduk nasi, lauk, sayur, dan buah kami.

Nakalnya adalah aku saat itu sedang nggak enak badan parah. Sesek gitu kan. Kemudian aku memutuskan untuk meminta oksigen di posko, di mana di sana sudah banyak siswa yang bergelimpangan gugur. Aku? Aku hanya minta oksigen kok, sekaligus berencana menghindari makan komando. Naasnya adalah setelah para siswa normal -tidak sakit- makan komando, kami yang sakit -dan nyakit- dipanggil untuk makan. Dan rupanya itu lebih parah sih bentukkan nasi dan lauknya. Benar-benar dari kardus makan, dimasukkan ke dalam kontainer besar dan diaduk di sana. Bukan hanya diaduk, tapi juga diulenin. Wah gila. Itu adalah makanan terburuk yang pernah aku makan. Kalau katanya sih itu lebih buruk dari makanan babi, ya walaupun aku belum pernah makan makanan babi.

Setelah itu penderitaan kami sedikit berkurang, karena kami harus mengikuti kegiatan kelas. Jadi pelatih sudah diberi tahu untuk tidak banyak memberikan kegiatan fisik. Meskipun kegiatan fisik itu juga perlu dan selalu dilakukan setiap harinya. Tapi ya nggak parah-parah banget gitu. Bayangkan, baju olahraga yang tadinya berwarna oren cerah itu bisa jadi coklat karena lumpur.

Apakah berakhir sampai disini?

TIDAK!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...