Halaman

Selasa, 13 September 2016

[Good Vibes pt. 2] Mr Syahrul says...


Tulisan ini saya tulis ditengah-tengah kesibukan mengerjakan tugas dari Mr. Syahrul

Siapa bilang mahasiswa itu gabut (gaji buta = duduk tidak ada pekerjaan)? Contohnya gue sekarang. Ketika gue belum masuk kuliah, hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan hari lain berasa seperti hari Minggu. Tapi sekarang ketika jadwal kuliah sudah turun dan kami semua wajib untuk datang setiap hari dari pagi sampai petang.. tidak ada lagi istilah gabut. Gabut itu hanya mitos. Setiap hari mendapat tugas dan pretest apa itu bisa membuat kami menjadi gabut? Jawabannya satu, TIDAK.

Mungkin ini adalah resiko yang pernah gue singgung ditulisan yang lain. Kuliah sebentar bukan berarti tugasnya sama dengan orang-orang yang sekolah di tempat biasa. Justru dengan masa yang sebentar ini materi kami dimampatkan. Semua manjadi sangat padat bahkan tidak ada waktu untuk menghela napas. Oke, gue lebay. Ini gue baru masuk kuliah tiga hari dan sudah bisa bicara begini. Maafin gue ya.

Pertanyaan terbesar adalah.. apakah gue bisa bertahan?

Hm, dipertemuan pertama bersama Mr. Syahrul –dosen statistik- kami mendapat banyak nasihat. Diawal Mr. Syahrul masuk, beliau mengajukan satu pertanyaan yang membuat kami semua terdiam. “Kalian masuk ‘kesini’ tujuannya untuk apa?”. Yeah, hanya satu pertanyaan simpel seperti itu tapi membuat kami diam. Bahkan ketika salah satu dari kami mencoba menjawab, beliau akan menimpali;

“Yakin disini mau belajar? Kalau belajar itu nggak perlu nilai lho,”

“Beneran kalian cuma mau pinter? Kalau pinter itu gak harus lulus lho,”

“Kalau lulus kalian mau ngapain?”

“Kerja? Emangnya kalau kerja harus sekolah di sini?”

“Gaji di sini tuh sedang-sedang saja. Kalau kalian mau kaya raya, jangan kerja di sini. Ngapain sekolah di sini coba?”

“Orang yang bukan pns aja gajinya lebih besar dari saya lho, kenapa kalian mau jadi pns?”

“Hidupnya terjamin? Kata siapa?”

“Halah mau mengabdi~ kalau kalian mengabdi, berarti kalian rela tidak dibayar negara. Kan namanya mengabdi, kalau mengabdi tuh dikasih gak dikasih ya diterima aja,”

“Ayo jawab, saya bicara sama makhluk hidup kan?”.

Kemudian setelah gue merenung, jawabannya kenapa gue ada di sini dan rela meninggalkan passion sebagai jurnalis adalah untuk hidup yang lebih baik. Mungkin gue tidak akan kaya, gue juga gak akan punya mobil mewah. Gue akan menjadi pelayan untuk negara dan kalau gue melakukannya dengan betul-betul insyaallah yaa dapat pahala lah. Setidaknya orang tua sudah sedikit merasa lega.

“Kalau kalian sudah sukses nanti, jangan lupakan orang tua. Karena apa.. seribu tangan yang menyambutmu ketika kamu sukses itu adalah hal biasa, tapi dua tangan yang menyambutmu ketika kamu sedang dalam kesulitan.. jangan pernah lupakan mereka sampai mati, it

ulah pengorbanan orang tua untuk kamu,”.

“Jangan pernah ada setitik rasa sombong di dalam hatimu karena itu sama saja dengan kamu membangun jembatan untuk kegagalan paling besar, sungguhan ini.”.

“Setiap hari akan ada pretest, kalau yang tidak bisa mencapai target 70 silahkan keluar dari kelas saya dan belajar sendiri di kos.”.

Kira-kira begitu Mr. Syahrul memberikan sambutan kepada kami, mahasiswa baru dengan wajah cupu. “Saya tidak mengancam kalian, tapi memperingatkan kalian sebelum kalian salah jalan,”. Seperti itu. Di saat kami semua mulai beradaptasi dengan dosen dan semua mata kuliah yang ada, kakak tingkat malah dilanda kegabutan akut selama menjalani PKL. Roda itu berputar.. asalkan bisa mengatasi dan terus menjaga keseimbangan.. Allah akan membantu.


“Mengeluh lah kepada Tuhan, jika kamu mengeluh pada sesama makhluk kamu hanya akan dikecewakan,”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...