Annyeonghaseyo!
Akhirnya setelah empat
belas tahun berlalu impian itu bisa terwujud. Menggelikan memang, tapi mau
bagaimana lagi itulah yang terjadi. Tanggal 26 Juli kemarin aku dan Ummi pergi
ke Balikpapan untuk mengurus daftar ulang. Kami yang sama-sama baru pertamakali
naik pesawat menunjukkan wajah yang sangat excited. Mungkin bagi kalian yang
sering bepergian menggunakan pesawat akan menganggap ini sebagai hal yang biasa
saja, tapi bagi kami yang sama udiknya.. yah bisa dibilang sangat menyenangkan.
Disaat pesawat mulai take off tiba-tiba saja tanganku
berkeringat dingin. Aku tidak tahu kenapa, tapi yang jelas.. sepertinya naik
pesawat tidak semenyenangkan yang aku pikir. Resiko berada di atas ketinggian
jauh lebih besar ketimbang naik motor atau mobil, meskipun takdir siapa yang
tahu. Dari atas aku melihat banyak sekali rumah, gedung, sawah, perkampungan,
yang mirip sekali penampakannya dengan peta yang pernah aku gambar dulu di
pelajaran geografi. “Subhanallah.. Allahuakbar..” selama di perjalanan, aku dan
Ummi tidak lupa untuk bertasbih supaya hati ini tenang. HEHE.
Jarak dari Jogja ke
Balikpapan itu tidak terasa jauh jika ditempuh dengan ‘terbang’ karena hanya
memerlukan waktu sekitar sembilan puluh menit. Tapi apa benar sedekat itu?
Kalau aku melihat di peta jarak itu terlihat begitu jauh, apalagi dipisahkan
oleh laut. Aku sebenarnya bukan tipe orang yang manja dan tidak bisa mandiri.
Jujur, dulu aku pernah menginginkan untuk tinggal berpisah dengan keluarga,
intinya ingin hidup mandiri. Tapi aku tidak pernah menyangka akan sejauh ini.
Ada rasa di hati ini yang memberontak dan ingin mengatakan, “Aku pasti akan
sangat merindukan kalian,”. Kalian ditujukan pada semua yang ada di sini (di
Jogja). Keluarga, teman, tempat-tempat penuh kenangan, makanan yang murah, dan
masih banyak lagi.
Aku sadar langkah yang
kuambil adalah first step dalam
hidupku untuk hidup mandiri. Kapan lagi aku akan begini jika bukan sekarang. Bukan
menjadi masalah besar karena keluargaku mendukung dan percaya jika aku mampu.
Kata Ummi, “Disana kamu sendiri, belajar hidup mandiri dan prihatin. Kalau kamu
terbiasa hidup enak, disana kamu bisa merasakan kehidupan teman-temanmu dulu.
Jauh dari keluarga, teman, dan orang tua. Tapi asal kamu dekat dengan Tuhan
pasti hidupmu akan baik-baik saja,”. Menohok. Iya Mi. Toh, sekarang jaman sudah canggih. Kalau kangen bisa video
call. Kalau rindu bisa langsung telpon. Serba mudah. Serba murah. Hidup jangan
dibuat susah. Begitu.
Selagi aku masih muda
selagi bisa berkarya aku tidak takut menghadapi dunia! HWAITING!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO