Halaman

Minggu, 31 Juli 2016

Finally, I can FLY!

Annyeonghaseyo!


 Semua orang itu punya impian. Entah itu impian yang masuk akal maupun impian yang mustahil bagi orang lain. Dulu, ketika aku duduk di bangku taman kanak-kanak, Ibu Guru pernah bertanya apa mimpiku. Lalu dengan ragu-ragu, aku menjawab, “Aku ingin terbang, bu,”. Ya, karena dulu aku adalah salah satu ‘korban’ film Peterpan. Mendapat bubuk ajaib Tinkerbell lalu bisa terbang hanya menggunakan pikiran.



Akhirnya setelah empat belas tahun berlalu impian itu bisa terwujud. Menggelikan memang, tapi mau bagaimana lagi itulah yang terjadi. Tanggal 26 Juli kemarin aku dan Ummi pergi ke Balikpapan untuk mengurus daftar ulang. Kami yang sama-sama baru pertamakali naik pesawat menunjukkan wajah yang sangat excited. Mungkin bagi kalian yang sering bepergian menggunakan pesawat akan menganggap ini sebagai hal yang biasa saja, tapi bagi kami yang sama udiknya.. yah bisa dibilang sangat menyenangkan.

Disaat pesawat mulai take off tiba-tiba saja tanganku berkeringat dingin. Aku tidak tahu kenapa, tapi yang jelas.. sepertinya naik pesawat tidak semenyenangkan yang aku pikir. Resiko berada di atas ketinggian jauh lebih besar ketimbang naik motor atau mobil, meskipun takdir siapa yang tahu. Dari atas aku melihat banyak sekali rumah, gedung, sawah, perkampungan, yang mirip sekali penampakannya dengan peta yang pernah aku gambar dulu di pelajaran geografi. “Subhanallah.. Allahuakbar..” selama di perjalanan, aku dan Ummi tidak lupa untuk bertasbih supaya hati ini tenang. HEHE.

Jarak dari Jogja ke Balikpapan itu tidak terasa jauh jika ditempuh dengan ‘terbang’ karena hanya memerlukan waktu sekitar sembilan puluh menit. Tapi apa benar sedekat itu? Kalau aku melihat di peta jarak itu terlihat begitu jauh, apalagi dipisahkan oleh laut. Aku sebenarnya bukan tipe orang yang manja dan tidak bisa mandiri. Jujur, dulu aku pernah menginginkan untuk tinggal berpisah dengan keluarga, intinya ingin hidup mandiri. Tapi aku tidak pernah menyangka akan sejauh ini. Ada rasa di hati ini yang memberontak dan ingin mengatakan, “Aku pasti akan sangat merindukan kalian,”. Kalian ditujukan pada semua yang ada di sini (di Jogja). Keluarga, teman, tempat-tempat penuh kenangan, makanan yang murah, dan masih banyak lagi.


Aku sadar langkah yang kuambil adalah first step dalam hidupku untuk hidup mandiri. Kapan lagi aku akan begini jika bukan sekarang. Bukan menjadi masalah besar karena keluargaku mendukung dan percaya jika aku mampu. Kata Ummi, “Disana kamu sendiri, belajar hidup mandiri dan prihatin. Kalau kamu terbiasa hidup enak, disana kamu bisa merasakan kehidupan teman-temanmu dulu. Jauh dari keluarga, teman, dan orang tua. Tapi asal kamu dekat dengan Tuhan pasti hidupmu akan baik-baik saja,”. Menohok. Iya Mi. Toh, sekarang jaman sudah canggih. Kalau kangen bisa video call. Kalau rindu bisa langsung telpon. Serba mudah. Serba murah. Hidup jangan dibuat susah. Begitu.


Selagi aku masih muda selagi bisa berkarya aku tidak takut menghadapi dunia! HWAITING! 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...