Halaman

Rabu, 30 November 2022

Detik-Detik Menuju Mutasi

 I had told you a million times. Kita akan pindah pada waktunya. 

Jadi hari tadi sore grup whatsapp tiba-tiba rame. Ada beberapa kemungkinan penyebab grup itu rame; ucapan selamat ulang tahun yang nggak berfaedah dan menuh-menuhin chat, ucapan turut berduka cita, PENG mutasi, atau ada yang nggak sengaja kekirim foto nude. Nggak, yang terakhir itu canda.

Yeah. Akhirnya pengumuman mutasi keluar. Mungkin ada orang yang sudah menunggu-nunggu pengumuman ini tapi ada juga yang terkejut. Tapi sepertinya kebanyakan orang lebih terkejut apalagi pengumuman pelaksana, AR, dan penelaah keberatan keluar secara bersamaan di satu PENG. Ini belum pernah saya alami selama bekerja. 

I mean, selama ini kalau mutasi pelaksana ya antar kota atau kantor wilayah. Saya belum pernah mendengar secara bedhol desa mutasi pelaksana sampai lintas kota lintas pulau. 

Banyak teman-teman saya angkatan 201801 yang mutasi juga. Kebanyakan pindah ke daerah ibu kota, Jakarta. Entah itu di kantor pelayanan nya atau di kantor pusat. But mostly in Jakarta. Sebagai teman yang baik dan sportif tentu saja saya memberi mereka selamat, entah bagi mereka itu anugerah atau musibah tapi yang penting namanya ada di PENG ya.. Kasih selamat dulu. 

Tapi ternyata orang-orang punya respon yang berbeda dengan mutasi kali ini. Ada yang sedih, ada yang senang, ada yang bingung, ada yang biasa saja. Paling tidak terduga ketika ada rekan kerja yang tiba-tiba mutasi ke Palembang, padahal homebase nya sudah di sini (Tanjungpinang). Beliau tidak punya saudara di sana dan tidak memilih kota itu pada saat survei pemilihan kota. Aneh kalau kata orang-orang.

But life must go on,  meskipun sulit dan sambil menangis tapi kamu harus tetap melanjutkan hidup dan tidak menyerah pada keadaan. 

Teman-teman saya pergi dan saya masih di sini. Sebetulnya saya merasa sedih, karena ditinggalkan tapi saya juga ikut bahagia ketika mereka juga bahagia. Semua orang punya target hidup masing-masing dan saya sebagai orang ‘asing’ cukup menjadi penonton dan memberi dukungan saja. 

Kalau ditanya harapan saya apa? Mungkin saya ingin mutasi yang dekat-dekat saja, masih di pulau ini dan masih di Rumah Sawi. 

Demi Kynos.







Kamis, 10 November 2022

Sing Sabar Bos..

Sebetulnya semua pekerjaan pasti pernah membuat judeg. Pekerjaan apa pun itu, yang menyenangkan atau yang sesuai dengan passion kita pun pasti ada titik dimana kita “HASSH MBUH LAH AKU PEN RESIGN WAE!”. Kecuali kamu memang orang yang workaholic atau memang sangat mencintai pekerjaan secinta itu love sampai mati. 

Hari ini saya melihat sendiri bagaimana anger management dan pengendalian emosi itu sangat penting dipelajari oleh seorang makhluk hidup terutama manusia, yang sedikit-sedikit misuh, sedikit-sedikit menyalahkan. Jujur saja saya juga bukan seorang sufi atau orang yang memiliki jiwa tenang. Biasanya kalau saya marah yang pertama dilakukan adalah menunjukkan ekspresi tidak suka, mengernyitkan dahi, dan bergumam “pekok tenan.”, lalu marah dan paling pol saya menangis di keheningan dan menulis unek-unek saya di buku. 

Mungkin karena saya wanita jadi terlihat lebih bisa mengendalikan emosi, padahal ya nggak juga. Waktu masih teenager dan alay, saya pernah kok marah-marah sambil membanting barang, kabur naik sepeda, merusak barang, dan mencoret-coret kertas. Tapi itu dulu sebelum saya berkepala dua *ehek* jadi lebih mature dan sadar diri, idih alay banget lo marah-marah gajelas kayak kerasukan kambing gila.

Siang ini saya sedang tenang bekerja di kubikel dan fokus mengerjakan tugas, tiba-tiba dari ujung ruangan terdengar suara keras “BRAKKK!” begitu. Saya pikir ada yang nabrak meja atau lemari. Orang seloyo apa yang sampai nabrak meja sekeras itu, kupikir. Lalu ‘dia’ berjalan dengan penuh emosi sambil meninju entah memukul atau menghempaskan tangan nya ke pintu keluar. Suaranya lebih keras dari ‘brak’ yang pertama. Sukses membuat saya dan orang-orang di ruangan kaget dan terdiam sesaat (sebelum akhirnya bergosip tentu saja). 

Kenapa harus begitu sih? Kamu alright kah?

Saat orang marah itu pasti karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak sesuai dengan kemauan nya. Well, untuk masalah yang ini kamu tidak bisa memaksakan kehendak orang lain. Ketika orang itu bilang ‘tidak’ ya artinya kamu harus memahami kenapa dia tidak mau. Kamu harus sadar dan eling kalau kemarahan sesaatmu akan dikenang dan akan jadi topik yang memalukan. 

Yang paling menganggu adalah jika pelampiasan marah itu adalah aksi ngawur yang merusak fasilitas umum dan mengganggu orang lain. Kamu boleh marah, kamu boleh emosi di tempat kerja, tapi posisikan marahmu dengan benar wei. Saya nggak tahu misal dia di rumah sedang ada masalah, kalah main game, atau karena kran airnya mati, atau karena bensin nya habis. Semua kemungkinan di luar pekerjaan yang membuat emosinya tidak stabil dan campur aduk, seharusnya dikesampingkan dulu. Setidaknya untuk di kantor cobalah jadi profesional.

Sulit.

Tapi coba.

At least kowe ra kisinan nabok lawang koyo cah SD kalah dolanan kasti. 





Selasa, 21 Juni 2022

Hidup dalam Dunia Fantasi

Akhir-akhir ini aku lagi seneng banget membaca dan nonton (nonton ulang) film Harry Potter. Menurutku itu adalah my comfort film. Kalau ada waktu dan ingin menghabiskannya dengan berfaedah versiku, pasti langsung deh kubuka HBO dan langsung pilih Harry Potter. Aku juga mulai untuk membaca bukunya, untuk pertama kali dalam hidup. Karena selama ini aku hanya menikmati film nya saja dan tidak pernah tamat membaca novelnya.

Fantasi selalu jadi pelarian paling menyenangkan buatku. Film, buku, atau musik yang ujungnya fantasi selalu membawa kegembiraan dan ketenangan. Harry Potter salah satunya. Orang pikir mungkin aku ketinggalan jaman dan nggak punya referensi buku selain Harry Potter, tapi aku nggak peduli toh aku enjoy banget tenggelam dalam petualangan Harry dan kawan-kawan.

Sekarang aku baru sampai di buku kelima. Agak ragu untuk melanjutkan karena tahu bakal banyak tokoh-tokoh favoritku yang mati, salah satunya Sirius Black. Memang aku tipe orang yang tidak ingin sedih dua kali. Ingat pernah nonton film The Boy in the Striped Pyjamas dan janji nggak bakal nonton film itu lagi selamanya. Terlalu sesak untuk diingat-ingat, terlalu sedih untuk ditonton kembali. Berhari-hari setelah nonton film aku akan melamun sambil WHY WHY WHY sendiri. Menyesali plot, meratapi ending, dan mengutuk sutradaranya.

In my quarter life crisis aku tidak ingin membandingkan hidupku dengan orang lain, tidak ingin berharap pada orang lain, tidak ingin ikut-ikutan orang lain karena ini hidupku yang hanya satu kali dan akan kumanfaatkan dengan baik. Aku tidak ingin menyesal di kemudian hari lalu menyalahkan orang lain karena kebodohanku. Jadi tidak masalah jika jalanku berbeda dengan mereka. Aku berusaha menerapkan ini sekarang di kepalaku supaya segalanya menjadi lebih enteng dan tidak menuruti tuntutan masyarakat.

Hidup sebaik-baiknya bukan berarti hidup sesukanya. Tetap berada di jalur yang terang dan selalu mengikuti perintah-Nya. Meskipun aku bukan orang yang alim, tapi aku selalu ingin memperbaiki diri, belajar agama, dan tidak jauh dari ajaran-Nya. Kadang aku ingin hidupku seperti tokoh di buku atau film yang bisa melakukan segalanya sesuai dengan genre. Aku ingin hidupku punya genre fantasi yang penuh dengan warna dan petualangan, tapi itu berakhir dengan membosankan di balik meja kerja. 

Ini adalah dunia nyata yang kalau kamu mati tidak bisa hidup lagi meskipun dengan sorcerer’s stone, ya kecuali kalau mati suri. Selain nyawa, bekerja dan mencari uang juga hal yang harus dilakukan manusia agar bisa hidup dengan layak dan tidak menyusahkan orang lain. Kalau Harry anak yang hidup setelah melihat hal mengerikan 一setelah melihat orang tuanya di-avada kedavra oleh Voldemort, juga mengalami hal tidak layak karena belum menemukan tempatnya di dunia sihir. Setelah Harry sadar dia tidak seharusnya hidup di tengah-tengah muggle, dia pun mendapat hidup yang ‘dikira’ orang menyenangkan. Dia terkenal, punya bakat, selalu beruntung, punya barang-barang sihir antik, dan yang terpenting adalah dia punya teman-teman yang suportif.

Apakah hidupku sebenarnya seperti Harry juga?

What if I do not belong here?

Where then? 






Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...