Halaman

Selasa, 21 Juni 2022

Hidup dalam Dunia Fantasi

Akhir-akhir ini aku lagi seneng banget membaca dan nonton (nonton ulang) film Harry Potter. Menurutku itu adalah my comfort film. Kalau ada waktu dan ingin menghabiskannya dengan berfaedah versiku, pasti langsung deh kubuka HBO dan langsung pilih Harry Potter. Aku juga mulai untuk membaca bukunya, untuk pertama kali dalam hidup. Karena selama ini aku hanya menikmati film nya saja dan tidak pernah tamat membaca novelnya.

Fantasi selalu jadi pelarian paling menyenangkan buatku. Film, buku, atau musik yang ujungnya fantasi selalu membawa kegembiraan dan ketenangan. Harry Potter salah satunya. Orang pikir mungkin aku ketinggalan jaman dan nggak punya referensi buku selain Harry Potter, tapi aku nggak peduli toh aku enjoy banget tenggelam dalam petualangan Harry dan kawan-kawan.

Sekarang aku baru sampai di buku kelima. Agak ragu untuk melanjutkan karena tahu bakal banyak tokoh-tokoh favoritku yang mati, salah satunya Sirius Black. Memang aku tipe orang yang tidak ingin sedih dua kali. Ingat pernah nonton film The Boy in the Striped Pyjamas dan janji nggak bakal nonton film itu lagi selamanya. Terlalu sesak untuk diingat-ingat, terlalu sedih untuk ditonton kembali. Berhari-hari setelah nonton film aku akan melamun sambil WHY WHY WHY sendiri. Menyesali plot, meratapi ending, dan mengutuk sutradaranya.

In my quarter life crisis aku tidak ingin membandingkan hidupku dengan orang lain, tidak ingin berharap pada orang lain, tidak ingin ikut-ikutan orang lain karena ini hidupku yang hanya satu kali dan akan kumanfaatkan dengan baik. Aku tidak ingin menyesal di kemudian hari lalu menyalahkan orang lain karena kebodohanku. Jadi tidak masalah jika jalanku berbeda dengan mereka. Aku berusaha menerapkan ini sekarang di kepalaku supaya segalanya menjadi lebih enteng dan tidak menuruti tuntutan masyarakat.

Hidup sebaik-baiknya bukan berarti hidup sesukanya. Tetap berada di jalur yang terang dan selalu mengikuti perintah-Nya. Meskipun aku bukan orang yang alim, tapi aku selalu ingin memperbaiki diri, belajar agama, dan tidak jauh dari ajaran-Nya. Kadang aku ingin hidupku seperti tokoh di buku atau film yang bisa melakukan segalanya sesuai dengan genre. Aku ingin hidupku punya genre fantasi yang penuh dengan warna dan petualangan, tapi itu berakhir dengan membosankan di balik meja kerja. 

Ini adalah dunia nyata yang kalau kamu mati tidak bisa hidup lagi meskipun dengan sorcerer’s stone, ya kecuali kalau mati suri. Selain nyawa, bekerja dan mencari uang juga hal yang harus dilakukan manusia agar bisa hidup dengan layak dan tidak menyusahkan orang lain. Kalau Harry anak yang hidup setelah melihat hal mengerikan 一setelah melihat orang tuanya di-avada kedavra oleh Voldemort, juga mengalami hal tidak layak karena belum menemukan tempatnya di dunia sihir. Setelah Harry sadar dia tidak seharusnya hidup di tengah-tengah muggle, dia pun mendapat hidup yang ‘dikira’ orang menyenangkan. Dia terkenal, punya bakat, selalu beruntung, punya barang-barang sihir antik, dan yang terpenting adalah dia punya teman-teman yang suportif.

Apakah hidupku sebenarnya seperti Harry juga?

What if I do not belong here?

Where then? 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...