Halaman

Rabu, 12 Juli 2017

REVIEW : Ruby Sparks (2012)

Tittle : Ruby Sparks
Hi guys.

Di kesempatan kali ini gua mau nulis tentang sebuah film. Akhirnya setelah sekian lama, gua mereview film lagi. Meskipun ini film lama, tapi gua yakin kalian akan tertarik apalagi buat kalian yang suka banget dengan genre romance-comedy. Gua, sebenarnya malas untuk nonton film yang berbau love story seperti ini. Berhubung gua jomblo dan masih tidak ada harapan dalam waktu dekat akan taken.

Nggak usah panjang lebar, film ini berjudul Ruby Sparks dan tayang pada tahun 2012. Itu kenapa gua bilang ini film agak lama, karena sudah lima tahun yang lalu. Mungkin waktu gua kelas tiga SMP dan waktu itu gua juga belum pantas untuk nonton film cinta-cintaan.

Plot nya adalah tentang seorang penulis bernama Calvin yang jadi depresi karena ditinggalkan oleh pacar dan susah untuk memulai karya nya lagi. Bisa dibilang seolah-olah mantan pacarnya itu mencuri inspirasi tulisannya. Pada akhirnya Calvin bermimpi tentang gadis ideal nya. The type of girl whom Calvin wanna date gitu lah intinya. Dan kemudian Calvin menuliskannya dalam sebuah naskah dan gadis  itu diberi nama Ruby.

Eh pas bangun sehabis ngetik di mesin ketik, -seriously gua suka banget sama mesin ketiknya- Calvin menemukan Ruby (gadis khayalannya) itu ada di rumahnya sedang memasak di dapur. Calvin mikir kalau dia sudah gila. Tapi ternyata Ruby yang ada di depan matanya itu nyata dan benar-benar keluar dari naskah yang ia tulis. Sifatnya, deskripsi fisiknya, dan hobinya.

By the time, orang gak akan selamanya sama dong. Kalau pacaran pasti ada rasa bosan. Entah itu dari pasangan kita, atau diri sendiri. Begitu juga dengan hubungan Calvin dan Ruby. Mereka semakin menjauh dan Calvin tidak suka itu. Akhirnya dia mulai menulis tentang Ruby lagi. And yeah, sekali kamu merubah sesuatu, sesuatu itu gak akan kembali menjadi sama lagi.

Kenapa sih lo tiba-tiba nonton ini Sal? Bukannya lo gak suka sama film love story?

Kalian benar. Gua gak suka sama cerita dengan plot love story apalagi yang terlalu manis sampai gua mau muntah. Gua lebih suka love story yang agak bego, dengan ending yang sedikit tragis *soalnya gua gak suka lihat orang bahagia karena cinta HAHA*.

Tapi alasan utama gua tahu film ini adalah karena sebelumnya gua nonton Okja (2017), dimana salah satu pemainnya sangat eye catching sekali, dan gua terpesona dengan aktingnya di situ. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah Paul Dano. Gua baru tahu kalau ternyata dia juga seorang direktor, penulis film, dan seorang musisi. Berakhirlah gua googling namanya dan menemukan beberapa filmnya. Salah satunya adalah Ruby Sparks ini, dan sangat-sangat-sangat menyenangkan untuk nonton ini berkali-kali.

Mungkin karena gua suka menulis dan plot dari film ini juga pernah terlintas dalam imajinasi gua, jadi gua hanya ber-oh-oh aja waktu nonton. Gilak nih film freakin love this!! Kalau gua jadi Calvin, gua gak akan menyia-nyiakan kesempatan memiliki pacar seperti Ruby yang bisa dikarang. Kebayang gak sih lo punya pacar yang ideal banget seperti yang lo harapkan dan sangat sempurna gitu? Seneng dong, pasti seneng.

Gais, yang sempurna, yang kita idam-idamkan saja ternyata juga gak akan selamanya memuaskan. I mean, kita dikasih yang sempurna aja masih minta yang lebih. Calvin, tahu kalau Ruby itu hanya pacarnya sekaligus tokoh dalam tulisannya. “Jadi Ruby itu manusia atau bukan? Apa dia hanya sebuah emosi?” Lo nanya ke gua. Jawabannya adalah dia manusia gais. Karena dia makan, minum, capek, seks, dan merasakan emosi.

Tapi di situlah masalahnya. Calvin masih menganggap Ruby itu hanya sebatas pacar sempurna, tidak ada cacat, dia bisa membuat Ruby melakukan apapun yang ia inginkan atau apapun yang dilarang. Hingga suatu saat Calvin terlalu dikuasai idealismenya dan menulis sesuatu yang baru tentang Ruby. Memang menyelesaikan masalah dalam waktu singkat, tapi menimbulkan masalah lainnya.

Jadi, story yang sebenarnya bisa kita ambil dari film ini adalah jangan terlalu mengutamakan ego, idealisme, dan ambisi. Toh memang pasangan kita dilahirkan dengan berbagai macam emosi, sifat, dan kebiasaan. Sebagai manusia normal setidaknya kita harus bisa menghargai dan memahami dia. Masalah itu ada bukan untuk dihindari, tapi untuk dipecahkan bersama-sama, dicari jalan keluarnya. Pasangan juga bukan boneka yang bisa didandani sesuka hati, bukan mobil yang bisa disetir kesana-kemari. Mereka manusia, punya pemikiran yang berbeda. Mereka ada untuk melengkapi sebagian dari diri kita yang tidak sempurna. Sempurna itu bukan aku atau kamu, tetapi sempurna itu cinta antara kamu dan aku.

Man~ gua gak banget ya bicara seperti itu. Dan tulisan di atas tidak sepenuhnya bisa diambil seratus persen karena pengalaman berkomitmen gua sama sekali gak ada. Gua cuma tahu kisah-kisah dan problematika percintaan juga dari film atau buku saja. Makanya, nonton filmnya dan kalian bisa menilai sendiri.

Personally gua sangat suka karakter Calvin, karena dia seorang penulis, dan penulis biasanya memiliki ribuan kata-kata indah. I love it. Kata-kata indah ya, bukan cheesy. Untuk karakter Ruby, gua juga suka, suka banget. Cewek dengan tinggi biasa aja, badan mungil, mata biru, bibir mancung, muka kecil, rambut merah, dan sifat yang terus terang apa adanya. Setidaknya gua bisa melihat seperti apa wanita idaman Calvin dengan jelas lewat dia. Anyway, Paul dan Zoe (Ruby) in real life juga sepasang kekasih loh so sweet ya. Dan penulis film ini adalah Zoe Kazan sendiri. Super exciting!

Itu aja yang mau gua tulis di kesempatan kali ini. Gua nonton Ruby Sparks juga sebagai perayaan atas ulang tahun gua yang ke-20. J Happy watching gais!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...