[WARNING]
TULISAN INI TERDIRI ATAS >1800 KATA.
Halo~ Selamat datang
kembali di blog pribadi milik Salma
Aqueela. Senang rasanya bisa menulis kembali setelah beberapa minggu
hiatus. Alasan gue hiatus juga bukan disebabkan masalah sepele misal karena
malas, bukan. Sebenarnya gue punya banyak cerita dan hal menarik yang ingin dishare
dan semua itu harus ke-pending dengan padatnya jadwal hidup yang harus dijalani.
Jadi, gue akan
menceritakan bagaimana pengalaman yang sangat mengesankan selama hiatus.
Pengalaman yang membuat gue kenal dengan orang-orang hebat, mengerti apa itu
kata ‘kerja sama’ yang sesungguhnya dan bagaimana gue bisa memunculkan percaya
diri dalam diri. Yeah, sebulan yang lalu gue mengikuti semacam audisi reporter
se-DIY yang diadakan SukaTV (Sunan Kalijaga TV) yaitu salah satu komunitas TV
kampus di UIN Sunan Kalijaga. Well, gue nggak akan pernah melupakan hari itu
Sabtu 4 April 2015, dimana gue seolah mengikuti audisi dangdut. Masuk kesebuah
ruangan khusus, ada kamera, ada tiga juri, dan gue dituntut untuk tampil
percaya diri. Jujur saja, itu pertamakalinya gue bicara menatap kamera dan
mulai berbicara, reporting. (kalian bisa lihat teaser nya dibawah. video ini sukses membuat perut gue mules D-4).
Kalian mungkin akan
berfikir bahwa gue adalah orang yang lebay. Enggak sih, kalian nggak salah.
Memang begitu adanya. Setiap hari gue memantau apakah lolos audisi atau tidak.
Kalau dilihat dari lawan-lawan yang ada, mereka terlihat pede dan yaaa tahu lah
bagaimana perasaan seseorang yang tidak punya modal apa-apa. Ini pertama kali
gue begini. Dan alhamdulillah setelah satu bulan menanti /sebenernya ini kesel
banget ya Allah nungguin pengumuman nggak tenang selama satu bulan kan kebayang
kalau nggak lolos begimana rasanya/ gue lolos dan masuk 25 besar.
Kami –yang lolos 25 besar-
hanya diberi waktu kurang lebih satu minggu untuk mempersiapkan diri. Kalau
audisi pertama kami disuruh untuk menyampaikan berita pilihan kami, sekarang
berbeda. Kami harus menyajikan berita hanya dengan melihat satu video, kemudian
diwajibkan untuk membuat berita. Alhamdulillah juga, gue lolos dan harus
mengikuti karantina selama dua hari satu malam. Disini lah gue merasa
sangat-sangat tertekan. Dari 25 menjadi 10 itu berarti harus menyingkirkan
lebih dari lima puluh persen, kan? Bisa dibayangkan bagaiman perasaan gue saat
itu? Kacau.
10 besar bersama kakak panitia 4th Anniversary SukaTV, just ignoring my face and my outfit that day. [klik gambar untuk memperbesar] |
Ada sembilan orang
–seharusnya sepuluh tapi satu orang mengundurkan diri- yang lolos, dan kami
memulai masa karantina sejak tanggal 12-13 Mei 2015. Gue harus rela
meninggalkan sekolah (walaupun sebenarnya senang bukan kepalang). Ada Rizki,
Amal, Agung, Naomy, Nabilah, Ellinda, Sabila, Nida, dan gue yang akan
bersama-sama selama dua hari satu malam. Mereka semua orang hebat dan sempat
membuat gue berkecil hati. HAHAHAHA. Gue orangnya mah suka gitu. Belum apa-apa
udah mules dan berkecil hati, mungkin karena memang tidak secantik mereka,
belum memiliki modal apapun, dan gue sudah berumur. Ini bukan alasan khusus
sih, cuma yaaa malu aja seandainya nggak lolos, gue kan udah tua masa kalah
sama yang masih newbie? Kkk~~
Naomy, teman sekamar gue adalah orang yang nyaris
perfect. Lebih muda daripada gue tapi tinggi dia jauh. Suaranya lantang, cantik
dan supel. Sabila –sempat gue
stalking karena merupakan saingat terberat- anak jurnalistik yang punya banyak koleksi
diksi. Amal, cowok yang pertama gue
melihat langsung, “Wuih mas-mas banget bahasanya,” dan dia juga sudah punya
basic broadcasting. Agung, berbadan
kecil tapi kalau ngomong cas-cis-cus tipe cowok penyiar radio dan dia keren
kalau disuruh bikin take line. Nida, santri yang jagooo banget
speaking english, suaranya juga lantang. Rizki,
kata orang dia camera face, ceplas
ceplos, dan selalu membuat suasana jadi ceria. Nabilah, anak SMAN5 yang talkactive
dan ceria. Dan terakhir Ellinda orang
cuek dan tiba-tiba jadi nyambung karena kita berdua punya hobi yang sama yaitu
KPOP. HAHA.
Selama masa karantina
–gue- sama sekali tidak bisa tersenyum tulus, yeah karena gue memikirkan APA
YANG SEBENARNYA AKAN TERJADI, karena di hari berikutnya kami akan melakukan
reporting langsung di lapangan. Meskipun banyak crew SukaTV yang bilang,
“Kalian itu sudah hebat bisa mengalahkan orang-orang diluar sana,” tapi gue
sama sekali nggak merasa senang tuh. Justru gue semakin gimana nih besok, gimana kalau nggak lolos? Malu dong sama kucing
tetangga. Jujur~ kedelapan peserta lainnya sangat berkompeten. Tidak jarang
gue selalu memikirkan siapa yang bakal di-eleminasi
termasuk gue.
Bahkan disaat games
berlangsung, gue juga nggak bisa seratus persen hanyut dalam permainan. Mungkin
tubuh memang ada di tempat itu, tapi pikiran dan jiwa... stuck didalam ransel
mengorek-orek apa yang akan terjadi besok. Seru sih, apalagi pas karaokean yeah
meskipun gue harus menyanyikan lagu JKT48 yang sama sekali nggak pernah gue
dengar sebelumnya, dan hanya sesekali masuk telinga pas di toko supermarket
tapi okelah sedikit mengurangi nervous. Banyak banget pengalaman yang didapat
di acara ini. Awalnya hanya audisi, sudah berubah menjadi kompetisi.
Hari Rabu, kami turun ke
lapangan. Ada dua tempat, Bringharjo dan Taman pintar. Dua tempat yang terkenal
di Yogyakarta. Yeah, gue mendapatkan jatah di taman pintar dan sebenarnya
bingung mau mencari berita apa karena memang kami hanya dibatasi di satu tempat
dan itu nggak boleh kemana-mana dengan waktu lima belas menit kira-kira bisa
dapat berita apa? Begitu sampai di taman pintar dan masuk ke gedung oval, mata
gue sudah kemana-mana, mencari ‘sesuatu’ yang sekiranya bisa dijadikan berita,
gue nggak peduli berita itu penting atau tidak, yang penting gue nggak di
diskualifikasi. Akhirnya dengan bermodal lima belas menit dan ‘sok’ jadi
wartawan gue pun membawakan berita dengan judul ‘Rumah Gempa BMKG’. Saat
liputan, adaaaa aja gangguan teknis. Mbak Milu (science maker di wahana itu)
tiba-tiba lari dari tanggungjawab yang tadinya mau gue liput sebagai narasumber
blah. Endingnya gue liputan sendiri dengan closing yang kacau. Gini ya jadi reporter? Susah amat.
Gue tidak peduli dengan
berita peserta yang lain. Hari itu, disaat makan siang pun gue tidak bisa
mengalihkan pikiran dari keputusan dewan juri siang itu. Katanya setelah mencari
berita, panitia akan mempersiapkan sebuah party
untuk kami. Itu sebabnya kami disuruh untuk membawa dress (pokoknya baju yang pantas untuk pesta sedangkan gue belum
pernah datang ke pesta manapun). Sedikit minder juga pas lihat teman-teman yang
lain jadi cantik dan tampan, kok gue malah terlihat tambun dan seperti ibu-ibu.
Arrgh, memang gue nggak bakat pakai baju long dress bunga-bunga gini.
Sebelum party dimulai,
kami dimasukkan kesebuah studio dan screening (istilah apa sih ini gue juga
nggak ngerti intinya kami melihat hasil liputan dari semua peserta). Gue jelas
mati gaya. Mereka semua keren dan pede dengan liputannya, walaupun ada sih
beberapa yang lucu seperti Nida yang mewawancarai anak SD. Bagaimana gue
mendeskripsikan kata K-A-C-A-U? Mau nangesh
sebenernya.
Jadi ingat bagaimana di
malam sebelumnya ada sesi sharing dan
tukar pikiran. Kami semua berkumpul membentuk lingkaran dan mulai bercerita.
Mereka semua bercerita tentang karir di dunia broadcasting, dan
prestasi-prestasi lainnya. Sedangkan gue hanya sekedar membeberkan nama, asal
sekolah, dan alasan mengikuti lomba ini. Gue bukan orang yang terbuka apalagi
dengan orang baru, gue juga orang yang minim ekspresi. Sejak backsound (ngerti lah backsound yang
sedih ala ala motivasi gitu) diputar, air mata rasanya mau tumpah. Nggak tahu
kenapa. Aneh aja. Gue nggak mau berhenti di sini. Gue mau maju sampai akhir.
Rugi rasanya kalau sampai gagal sedangkan tinggal selangkah lagi lah
istilahnya. Tidak sendirian, ada Agung yang ternyata menitikkan air mata. Dan
cerita Rizki yang semakin membuat gue bersyukur dan makin nangesh kejer. Ada juga cerita mas –nggak tahu namanya- tentang
gelas, batu, krikil, dan pasir yang penuh dengan filosofi. ITU SEMAKIN MEMBUAT
PERASAAN GUE KACAU BALAU macam Es Oyen.
Amal, Saya, Sabil, dan Rizki /just ignore my face that day again, i don't have idea why the makeup artist put too much makeup on my face, hiks/ |
Karena dipaksa untuk
rileks, akhirnya gue rileks. Sampai akhirnya pengumuman Top4~ kami semua
dipanggil dan diberi amplop besar. Awalnya gue mau serius, tapi dibelakang
panggung itu ada kipas angin segede wajan rendang plus balon yang sengaja
diterbang-terbangin sama crew di belakang jadi susah konsentrasi. Setelah
dibuka, alhamdulillah wa syukurillah ya
Allah dapet golden ticket. Seneng sih, sampai bercucuran air mata hehehe. Gue
nggak sendirian karena ada Amal, Sabila, dan Rizki. Mereka juga keren!!
Tapi itu belum berakhir.
Gue masih terbebani dengan masalah malam puncak grand final yang katanya bisa
live streaming, alias disiarkan secara langsung. Sejak itu diumumkan, perut
mules. Gue nggak bisa tidur nyenyak dan rasanya mau cepat-cepat berlalu saja. Gue
menyiapkan segala sesuatu hingga kebagian terdetail dari setiap hal nya. Hingga
di malam puncak nya tanggal 16 Mei 2015, malam puncak itu berlangsung. Kami
berempat harus melaporkan kejadian yang berhubungan dengan Gempa Jogja tahun
2006 digabung dengan pertunjukkan teater dari Gabungan Teater Yogyakarta. Keren. Mules.
Gue kebagian segmen 1,
kata Mami “Kamu jadi kelinci percobaan tuh,”. Haha yang bener aja. Tapi memang
sih, saat gue perform, microphone nya mati dan gue harus mengulang tiga kali. Layar
didepan juri pun sama sekali nggak nyala. Ada sedikit perasaan kecewa sebenarnya,
“Seandainya.. seandainya.. seandainya..”.
Sedangkan saat ketiga peserta lain perform, mic, layar, baik-baik saja. Kenapa
cuma gue? Anenya gue sama sekali nggak merasa deg degan! Gue seperti bicara
dengan orang, mas cameramen. Meskipun berkali-kali Rizki bilang, “Kita ini tim,
bukan musuh! Kita berjuang bersama!”. Faktanya, gue nggak bisa. Selama acara
itu berlangsung, gue tegang, sedih, kecewa. Yang pertama karena gue takut
mengecewakan crew SukaTV yang sudah mengandalkan gue sebagai reporter. Gue juga
merasa kecewa karena disitu ada my parent.
Alhasil ketika pengumuman,
gue mendapat juara 3. The winner is Sabila, runner up is Amal, dan juara
favorit Rizki. Kita dapat uang tunai, throphy, goodie bag dari wardah dan
bakpia jogja. Gue nggak tahu harus bahagia atau sedih. Biasa aja. Menyesal juga
kenapa microphone nya harus mati. Campur aduk. Seperti adonan kue cubit.
But, bukan piala dan
hadiah yang membuat gue bahagia. Tapi pengalaman yang gue dapat di sana.
Bagaimana kakak-kakak SukaTV bertanggungjawab di pos mereka masing-masing.
Mereka yang susah payah lari-lari kesana kemari untuk mengatur acara TV. Kak
Hasna yang malam itu ikutan pusing mengatur kami. Kak Chacha, Kak Amir, Kak
Eki, Kak Nisa, Kak Bakhtiar, Kak Rizal, Mas Cameramen, Mbak produser, mbak
socmed, dan semuanya. Terimakasih kalian semua keren. Gue suka lihat mereka
hebring tugas agar suatu acara berlangsung sukses. Seneng karena bisa melihat
proses broadcasting secara langsung. Bahagia aja. Bahagia banget. Super sekali.
Sekarang gue mau cerita out of the box, tapi masih berhubungan
dengan acara ini guys. Yeah, ada saat dimana kita harus jadi orang lain. Ada
tempat dimana kita dipaksa untuk bersikap diluar kebiasaan agar bisa diterima
dengan baik. Yeool kata-kata yang dalem nggak sih? He he he. Dari pengalaman
kemarin, gue menyadari kalau mas-mas cameramen itu ganteng. Kebanyakan dari
mereka swag. Entah kenapa, suka aja lihat cowok yang punya skill di bidang
broadcast, entah itu presenting, reporting, cameraman, mereka terlihat sexy.
Intinya, (mulai
menggunakan bahasa formal) terimakasih untuk semua panitia 4th Anniversary SukaTV. Terimakasih untuk semua fasilitas yang
sudah diberikan. Terimakasih karena membuat saya merasa seperti artis.
Terimakasih untuk pengalaman yang luar biasa. Terimakasih karena memperlihatkan
kerja tim yang benar-benar keren! Semoga kedepannya SukaTV menjadi televisi
komunitas dengan penonton yang semakin banyak. Saya juga mau nonton SukaTV,
streaming juga tidak masalah. Daripada nonton acara TV yang sekarang semakin
parah, lebih baik menonton saluran televisi yang berwawan islami. Berkarya
sekalian berdakwah, dan semoga peralatan broadcast nya semakin lengkap dan
canggih. Aamiin.
Terimakasih, gue nggak
akan melupakan kenangan ini. Kalian semua orang-orang yang hebat dan luar
biasa. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.
*bonus pics
yeooo ladies with mirror selfie |
selfie dulu bareng sabil |
sabil, ellinda, salma |
a little bit blur |
PS: Berhubung minat ada di jurnalis dan broadcaster, acara ini keren banget.
Rasanya seakan gue bisa kursus gratis. Ilmu yang gue dapat banyak banget! Tahun
depan kalau ada acara begini gue sudah nggak bisa join karena mungkin gue sudah
lulus, yeah. JADI BUAT KAMU, LO, ANDA, SEKALIAN, YANG PUNYA MINAT DI BIDANG
BROADCAST TAHUN DEPAN JANGAN LUPA YA KALAU ADA EVENT YEAAAAP. NGGAK RUGI DEH BISA
NGERASAIN AUDISI SEMACAM PENYANYI DANGDUT. ~~ppyong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO