Halaman

Kamis, 21 Mei 2015

[REVIEW] 4th Anniversary SukaTV

[WARNING] TULISAN INI TERDIRI ATAS  >1800 KATA.


Halo~ Selamat datang kembali di blog pribadi milik Salma Aqueela. Senang rasanya bisa menulis kembali setelah beberapa minggu hiatus. Alasan gue hiatus juga bukan disebabkan masalah sepele misal karena malas, bukan. Sebenarnya gue punya banyak cerita dan hal menarik yang ingin dishare dan semua itu harus ke-pending dengan padatnya jadwal hidup yang harus dijalani.

Jadi, gue akan menceritakan bagaimana pengalaman yang sangat mengesankan selama hiatus. Pengalaman yang membuat gue kenal dengan orang-orang hebat, mengerti apa itu kata ‘kerja sama’ yang sesungguhnya dan bagaimana gue bisa memunculkan percaya diri dalam diri. Yeah, sebulan yang lalu gue mengikuti semacam audisi reporter se-DIY yang diadakan SukaTV (Sunan Kalijaga TV) yaitu salah satu komunitas TV kampus di UIN Sunan Kalijaga. Well, gue nggak akan pernah melupakan hari itu Sabtu 4 April 2015, dimana gue seolah mengikuti audisi dangdut. Masuk kesebuah ruangan khusus, ada kamera, ada tiga juri, dan gue dituntut untuk tampil percaya diri. Jujur saja, itu pertamakalinya gue bicara menatap kamera dan mulai berbicara, reporting. (kalian bisa lihat teaser nya dibawah. video ini sukses membuat perut gue mules D-4).


Kalian mungkin akan berfikir bahwa gue adalah orang yang lebay. Enggak sih, kalian nggak salah. Memang begitu adanya. Setiap hari gue memantau apakah lolos audisi atau tidak. Kalau dilihat dari lawan-lawan yang ada, mereka terlihat pede dan yaaa tahu lah bagaimana perasaan seseorang yang tidak punya modal apa-apa. Ini pertama kali gue begini. Dan alhamdulillah setelah satu bulan menanti /sebenernya ini kesel banget ya Allah nungguin pengumuman nggak tenang selama satu bulan kan kebayang kalau nggak lolos begimana rasanya/ gue lolos dan masuk 25 besar.
 
Audisi pertama nih guys sumpehhh

Kami –yang lolos 25 besar- hanya diberi waktu kurang lebih satu minggu untuk mempersiapkan diri. Kalau audisi pertama kami disuruh untuk menyampaikan berita pilihan kami, sekarang berbeda. Kami harus menyajikan berita hanya dengan melihat satu video, kemudian diwajibkan untuk membuat berita. Alhamdulillah juga, gue lolos dan harus mengikuti karantina selama dua hari satu malam. Disini lah gue merasa sangat-sangat tertekan. Dari 25 menjadi 10 itu berarti harus menyingkirkan lebih dari lima puluh persen, kan? Bisa dibayangkan bagaiman perasaan gue saat itu? Kacau.

10 besar bersama kakak panitia 4th Anniversary SukaTV, just ignoring my face and my outfit that day. [klik gambar untuk memperbesar]
Ada sembilan orang –seharusnya sepuluh tapi satu orang mengundurkan diri- yang lolos, dan kami memulai masa karantina sejak tanggal 12-13 Mei 2015. Gue harus rela meninggalkan sekolah (walaupun sebenarnya senang bukan kepalang). Ada Rizki, Amal, Agung, Naomy, Nabilah, Ellinda, Sabila, Nida, dan gue yang akan bersama-sama selama dua hari satu malam. Mereka semua orang hebat dan sempat membuat gue berkecil hati. HAHAHAHA. Gue orangnya mah suka gitu. Belum apa-apa udah mules dan berkecil hati, mungkin karena memang tidak secantik mereka, belum memiliki modal apapun, dan gue sudah berumur. Ini bukan alasan khusus sih, cuma yaaa malu aja seandainya nggak lolos, gue kan udah tua masa kalah sama yang masih newbie? Kkk~~

Naomy, teman sekamar gue adalah orang yang nyaris perfect. Lebih muda daripada gue tapi tinggi dia jauh. Suaranya lantang, cantik dan supel. Sabila –sempat gue stalking karena merupakan saingat terberat- anak jurnalistik yang punya banyak koleksi diksi. Amal, cowok yang pertama gue melihat langsung, “Wuih mas-mas banget bahasanya,” dan dia juga sudah punya basic broadcasting. Agung, berbadan kecil tapi kalau ngomong cas-cis-cus tipe cowok penyiar radio dan dia keren kalau disuruh bikin take line. Nida, santri yang jagooo banget speaking english, suaranya juga lantang. Rizki, kata orang dia camera face, ceplas ceplos, dan selalu membuat suasana jadi ceria. Nabilah, anak SMAN5 yang talkactive dan ceria. Dan terakhir Ellinda orang cuek dan tiba-tiba jadi nyambung karena kita berdua punya hobi yang sama yaitu KPOP. HAHA.

Selama masa karantina –gue- sama sekali tidak bisa tersenyum tulus, yeah karena gue memikirkan APA YANG SEBENARNYA AKAN TERJADI, karena di hari berikutnya kami akan melakukan reporting langsung di lapangan. Meskipun banyak crew SukaTV yang bilang, “Kalian itu sudah hebat bisa mengalahkan orang-orang diluar sana,” tapi gue sama sekali nggak merasa senang tuh. Justru gue semakin gimana nih besok, gimana kalau nggak lolos? Malu dong sama kucing tetangga. Jujur~ kedelapan peserta lainnya sangat berkompeten. Tidak jarang gue selalu memikirkan siapa yang bakal di-eleminasi termasuk gue.

Bahkan disaat games berlangsung, gue juga nggak bisa seratus persen hanyut dalam permainan. Mungkin tubuh memang ada di tempat itu, tapi pikiran dan jiwa... stuck didalam ransel mengorek-orek apa yang akan terjadi besok. Seru sih, apalagi pas karaokean yeah meskipun gue harus menyanyikan lagu JKT48 yang sama sekali nggak pernah gue dengar sebelumnya, dan hanya sesekali masuk telinga pas di toko supermarket tapi okelah sedikit mengurangi nervous. Banyak banget pengalaman yang didapat di acara ini. Awalnya hanya audisi, sudah berubah menjadi kompetisi.

Hari Rabu, kami turun ke lapangan. Ada dua tempat, Bringharjo dan Taman pintar. Dua tempat yang terkenal di Yogyakarta. Yeah, gue mendapatkan jatah di taman pintar dan sebenarnya bingung mau mencari berita apa karena memang kami hanya dibatasi di satu tempat dan itu nggak boleh kemana-mana dengan waktu lima belas menit kira-kira bisa dapat berita apa? Begitu sampai di taman pintar dan masuk ke gedung oval, mata gue sudah kemana-mana, mencari ‘sesuatu’ yang sekiranya bisa dijadikan berita, gue nggak peduli berita itu penting atau tidak, yang penting gue nggak di diskualifikasi. Akhirnya dengan bermodal lima belas menit dan ‘sok’ jadi wartawan gue pun membawakan berita dengan judul ‘Rumah Gempa BMKG’. Saat liputan, adaaaa aja gangguan teknis. Mbak Milu (science maker di wahana itu) tiba-tiba lari dari tanggungjawab yang tadinya mau gue liput sebagai narasumber blah. Endingnya gue liputan sendiri dengan closing yang kacau. Gini ya jadi reporter? Susah amat.


Gue tidak peduli dengan berita peserta yang lain. Hari itu, disaat makan siang pun gue tidak bisa mengalihkan pikiran dari keputusan dewan juri siang itu. Katanya setelah mencari berita, panitia akan mempersiapkan sebuah party untuk kami. Itu sebabnya kami disuruh untuk membawa dress (pokoknya baju yang pantas untuk pesta sedangkan gue belum pernah datang ke pesta manapun). Sedikit minder juga pas lihat teman-teman yang lain jadi cantik dan tampan, kok gue malah terlihat tambun dan seperti ibu-ibu. Arrgh, memang gue nggak bakat pakai baju long dress bunga-bunga gini.

Sebelum party dimulai, kami dimasukkan kesebuah studio dan screening (istilah apa sih ini gue juga nggak ngerti intinya kami melihat hasil liputan dari semua peserta). Gue jelas mati gaya. Mereka semua keren dan pede dengan liputannya, walaupun ada sih beberapa yang lucu seperti Nida yang mewawancarai anak SD. Bagaimana gue mendeskripsikan kata K-A-C-A-U? Mau nangesh sebenernya.

Jadi ingat bagaimana di malam sebelumnya ada sesi sharing dan tukar pikiran. Kami semua berkumpul membentuk lingkaran dan mulai bercerita. Mereka semua bercerita tentang karir di dunia broadcasting, dan prestasi-prestasi lainnya. Sedangkan gue hanya sekedar membeberkan nama, asal sekolah, dan alasan mengikuti lomba ini. Gue bukan orang yang terbuka apalagi dengan orang baru, gue juga orang yang minim ekspresi. Sejak backsound (ngerti lah backsound yang sedih ala ala motivasi gitu) diputar, air mata rasanya mau tumpah. Nggak tahu kenapa. Aneh aja. Gue nggak mau berhenti di sini. Gue mau maju sampai akhir. Rugi rasanya kalau sampai gagal sedangkan tinggal selangkah lagi lah istilahnya. Tidak sendirian, ada Agung yang ternyata menitikkan air mata. Dan cerita Rizki yang semakin membuat gue bersyukur dan makin nangesh kejer. Ada juga cerita mas –nggak tahu namanya- tentang gelas, batu, krikil, dan pasir yang penuh dengan filosofi. ITU SEMAKIN MEMBUAT PERASAAN GUE KACAU BALAU macam Es Oyen.
 
Amal, Saya, Sabil, dan Rizki
 /just ignore my face that day again, i don't have idea why the makeup artist put too much makeup on my face, hiks/
Karena dipaksa untuk rileks, akhirnya gue rileks. Sampai akhirnya pengumuman Top4~ kami semua dipanggil dan diberi amplop besar. Awalnya gue mau serius, tapi dibelakang panggung itu ada kipas angin segede wajan rendang plus balon yang sengaja diterbang-terbangin sama crew di belakang jadi susah konsentrasi. Setelah dibuka, alhamdulillah wa syukurillah ya Allah dapet golden ticket. Seneng sih, sampai bercucuran air mata hehehe. Gue nggak sendirian karena ada Amal, Sabila, dan Rizki. Mereka juga keren!!

Tapi itu belum berakhir. Gue masih terbebani dengan masalah malam puncak grand final yang katanya bisa live streaming, alias disiarkan secara langsung. Sejak itu diumumkan, perut mules. Gue nggak bisa tidur nyenyak dan rasanya mau cepat-cepat berlalu saja. Gue menyiapkan segala sesuatu hingga kebagian terdetail dari setiap hal nya. Hingga di malam puncak nya tanggal 16 Mei 2015, malam puncak itu berlangsung. Kami berempat harus melaporkan kejadian yang berhubungan dengan Gempa Jogja tahun 2006 digabung dengan pertunjukkan teater dari Gabungan Teater Yogyakarta. Keren. Mules.

Gue kebagian segmen 1, kata Mami “Kamu jadi kelinci percobaan tuh,”. Haha yang bener aja. Tapi memang sih, saat gue perform, microphone nya mati dan gue harus mengulang tiga kali. Layar didepan juri pun sama sekali nggak nyala. Ada sedikit perasaan kecewa sebenarnya, “Seandainya.. seandainya.. seandainya..”. Sedangkan saat ketiga peserta lain perform, mic, layar, baik-baik saja. Kenapa cuma gue? Anenya gue sama sekali nggak merasa deg degan! Gue seperti bicara dengan orang, mas cameramen. Meskipun berkali-kali Rizki bilang, “Kita ini tim, bukan musuh! Kita berjuang bersama!”. Faktanya, gue nggak bisa. Selama acara itu berlangsung, gue tegang, sedih, kecewa. Yang pertama karena gue takut mengecewakan crew SukaTV yang sudah mengandalkan gue sebagai reporter. Gue juga merasa kecewa karena disitu ada my parent.

Alhasil ketika pengumuman, gue mendapat juara 3. The winner is Sabila, runner up is Amal, dan juara favorit Rizki. Kita dapat uang tunai, throphy, goodie bag dari wardah dan bakpia jogja. Gue nggak tahu harus bahagia atau sedih. Biasa aja. Menyesal juga kenapa microphone nya harus mati. Campur aduk. Seperti adonan kue cubit.

But, bukan piala dan hadiah yang membuat gue bahagia. Tapi pengalaman yang gue dapat di sana. Bagaimana kakak-kakak SukaTV bertanggungjawab di pos mereka masing-masing. Mereka yang susah payah lari-lari kesana kemari untuk mengatur acara TV. Kak Hasna yang malam itu ikutan pusing mengatur kami. Kak Chacha, Kak Amir, Kak Eki, Kak Nisa, Kak Bakhtiar, Kak Rizal, Mas Cameramen, Mbak produser, mbak socmed, dan semuanya. Terimakasih kalian semua keren. Gue suka lihat mereka hebring tugas agar suatu acara berlangsung sukses. Seneng karena bisa melihat proses broadcasting secara langsung. Bahagia aja. Bahagia banget. Super sekali.



Sekarang gue mau cerita out of the box, tapi masih berhubungan dengan acara ini guys. Yeah, ada saat dimana kita harus jadi orang lain. Ada tempat dimana kita dipaksa untuk bersikap diluar kebiasaan agar bisa diterima dengan baik. Yeool kata-kata yang dalem nggak sih? He he he. Dari pengalaman kemarin, gue menyadari kalau mas-mas cameramen itu ganteng. Kebanyakan dari mereka swag. Entah kenapa, suka aja lihat cowok yang punya skill di bidang broadcast, entah itu presenting, reporting, cameraman, mereka terlihat sexy.

Intinya, (mulai menggunakan bahasa formal) terimakasih untuk semua panitia 4th Anniversary SukaTV. Terimakasih untuk semua fasilitas yang sudah diberikan. Terimakasih karena membuat saya merasa seperti artis. Terimakasih untuk pengalaman yang luar biasa. Terimakasih karena memperlihatkan kerja tim yang benar-benar keren! Semoga kedepannya SukaTV menjadi televisi komunitas dengan penonton yang semakin banyak. Saya juga mau nonton SukaTV, streaming juga tidak masalah. Daripada nonton acara TV yang sekarang semakin parah, lebih baik menonton saluran televisi yang berwawan islami. Berkarya sekalian berdakwah, dan semoga peralatan broadcast nya semakin lengkap dan canggih. Aamiin.

Terimakasih, gue nggak akan melupakan kenangan ini. Kalian semua orang-orang yang hebat dan luar biasa. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

*bonus pics
yeooo ladies with mirror selfie

selfie dulu bareng sabil

sabil, ellinda, salma

a little bit blur
PS: Berhubung minat ada di jurnalis dan broadcaster, acara ini keren banget. Rasanya seakan gue bisa kursus gratis. Ilmu yang gue dapat banyak banget! Tahun depan kalau ada acara begini gue sudah nggak bisa join karena mungkin gue sudah lulus, yeah. JADI BUAT KAMU, LO, ANDA, SEKALIAN, YANG PUNYA MINAT DI BIDANG BROADCAST TAHUN DEPAN JANGAN LUPA YA KALAU ADA EVENT YEAAAAP. NGGAK RUGI DEH BISA NGERASAIN AUDISI SEMACAM PENYANYI DANGDUT. ~~ppyong.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH THANKS AND GOMAWO

Diagnosa yang terlalu dini, Alzeimer?

Hi guys~ Selamat datang kembali ke blog amatir ini. Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk bergabung dengan gue disini, menuli...